ARJASA, RadarSitubondo.id - Sejumlah petani terong mengaku resah lantaran harga jualnya hanya laku Rp 1000 perkilo gram (kg).
Harga ini sebenarnya sudah lebih mahal dari bulan sebelumnya yang hanya Rp 700 perkg.
Sutipyo, salah satu petani di Kecamatan Arjasa mengatakan, banyak petani yang mengeluh dengan harga jual terong saat ini.
Menurutnya, jika harga terong terus-terusan turun, maka modal yang dikeluarkan pun bisa habis.
“Bulan lalu terong hanya Rp. 700 perkg. Sekarang Rp. 1000. Ini masih ancaman bagi petani. Jangan-jangan Rp. 1000 ini harganya masih anjlok. Kalau harga normal biasanya Rp. 2500. atau Rp 2 ribu. Kalau di atas seribu masih enak pada petani,” katanya, kemarin (5/2).
Pria 63 tahun itu mengaku terong yang dipanennya saat ini seluas 2,5 hektare.
Untuk menanam terong di lahan seluas itu, butuh biaya besar. Termasuk biaya perawatannya.
“Modal tanam terong ini Rp. 15 juta. Kalau terong ini anjlok jelas modal sulit kembali. Kalau dihitung, dalam satu hektare bisa panen tiga ton, berarti hasil Rp 3 juta, kalau dua hektare hasil Rp. 6 juta. Berarti kalau 2,5 hektare hasil jualnya ini hanya dapat Rp. 7 jutaan. Kan sudah jauh dengan modal, ini masih hitungan kotor bukan bersih,” ujar Sutipyo.
Selanjutnya, Sutipyo bakal melihat perkembangan harga.
Semisal harga naik, dia akan memelihara terong dan merawatnya untuk lebih bagus lagi.
Namun, jika harganya terus dari Rp. 1000 dipastikan tanaman akan dirusak dan diganti tanaman bawang merah.
“Sebenarnya panen terong bisa berulang kali hingga 10 kali panen. Tapi kalau hargnya tetap Rp 1 ribu sulit yang mau untung,” tegas Sutipyo.
Sutipyo menjelaskan, harga terong menjadi murah akibat panen raya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: radarsitubondo.jawapos.com
Artikel Terkait
Ahok Mundur Dukung Ganjar, Menteri BUMN Erick Terus Terang Dukung Prabowo
Grand Opening 911 Coffee, Bupati Garut Sebut TNI-Polri Dukung Kedatangan Investor
Bansos BPNT Cair! Tapi Nominalnya Berubah Jadi 200 Ribu Per Bulan? Berikut Penjelasan dari Pemerintah
Erick Thohir Anggap Usulan Perubahan BUMN Jadi Koperasi Sebagai Sebuah Ironi