Cerpen : Memelihara Suami Karya Thomas Utomo

Sunday, 4 February 2024
Cerpen : Memelihara Suami Karya Thomas Utomo
Cerpen : Memelihara Suami Karya Thomas Utomo

Oleh: Thomas Utomo

PUJI merentangkan tangan dan kaki. Pegal. Ditatapnya bungkusan-bungkusan gula pasir ukuran setengah kilo yang berdiri berjajar memenuhi dua ember besar. Dia belum
mengikatnya.

Matanya melompat ke karung gula di sebelah lutut kirinya.

Tersisa dua puluh kilo belum dibungkusi. Matanya berpindah ke jam bundar yang tergantung bisu di dinding warung.

Permukaannya buram, diselimuti debu. Tak pernah sempat dia membersihkannya. Tapi angka-angka di baliknya masih kelihatan jelas. Pukul 8.46. Warung lebih baik tutup, gumam Puji.

Sedari Isya, hujan terus menjatuhkan diri. Tak ada pembeli lagi. Tapi untuk bangkit dari bangku rendah yang menampung sekaligus menahan bongkahan pantatnya, ada sesuatu memberati. Bukan gumpalan lemak tubuh, melainkan perasaan enggan. Bosan sekaligus malas.

“Maaasss ...!” teriak Puji, memanggil suami.

Diulang beberapa kali, tak ada sahutan. Puji mendengus. Sambil memanggul dongkol, perempuan tambun itu bangkit, bergegas ke ruang dalam. Napas Puji tersekat. Kurnia, si suami, terkapar di kasur lantai.

Tangannya tergeletak lemas, setengah menggenggam HP menyala, memutar video. Mulut Kurnia menganga. Lelehan liur keluar daripadanya.

Serupa bison, mata Puji berangsur memerah, napasnya menderu, digenjot amarah. Lebih-lebih mendengar keras dengkur suami yang menggergaji telinga.

***

Puji menyeret tubuh besarnya, masuk kantor. Dihempaskan tas dan jaket ke kursi. Matanya memburu jam dinding. Senyumnya menyeruak, mendapati angka tertera.

Usai memakai sepatu, perempuan empat puluh tahun itu keluar. Berselang detik, ada sepeda motor masuk halaman sekolah, berhenti di dekat Puji.

“Waaah ... Bu Puji selalu datang paling awal,” ucap perempuan kurus berbaju ungu. Dia turun dari sepeda motor, mengangsurkan tangan. Disusul anaknya yang
dibungkus pakaian merah-putih.

“Saya senang di sekolah ini ada guru seperti Bu Puji. Rajin ... semangat ... Lila beruntung diajar guru seperti Bu Puji.”

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: suaramerdeka.com

Tags

Komentar

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler