Lonjakan Harga Minyak Mentah Naik Tinggi Akibat Serangan AS-Inggris di Yaman

- Sabtu, 13 Januari 2024 | 09:31 WIB
Lonjakan Harga Minyak Mentah Naik Tinggi Akibat Serangan AS-Inggris di Yaman

RAGAMSULTENG - Harga minyak mentah mengalami kenaikan signifikan pada akhir perdagangan Jumat 12 Januari 2024 setelah pasukan Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan terhadap kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.

Minyak mentah melonjak lebih dari 4% sebelum mengalami penurunan setelah serangan yang mematikan dilancarkan sebagai respons terhadap serangan Houthi yang menghambat pengiriman barang di Laut Merah

Saksi mata membenarkan adanya ledakan di pangkalan militer dekat bandara ibu kota Sanaa dan kota ketiga Yaman, Taiz. 

Baca Juga: Kontroversi: Taruhan Tersangka Usai Pilpres, Fahri Hamzah Menantang dengan Pernyataan Menghebohkan

Pangkalan angkatan laut di pelabuhan utama Laut Merah Yaman, Hodeidah, juga terkena dampak, bersama dengan lokasi militer di wilayah pesisir provinsi Hajjah.

Situasi ini menciptakan ketegangan lebih lanjut di pasar minyak dunia, dengan pelaku pasar memantau perkembangan konflik di Yaman yang dapat memengaruhi pasokan minyak global. 

Harga minyak mentah dunia terus memanas akibat gempuran militer yang dipimpin oleh AS dan Inggris di Yaman.

Baca Juga: Kontroversi: Taruhan Tersangka Usai Pilpres, Fahri Hamzah Menantang dengan Pernyataan Menghebohkan

Minyak Brent berjangka naik 1,1%, mencapai US$78,29 per barel, mencatatkan level tertinggi tahun ini, sementara minyak West Texas Intermediate AS naik 0,9%, menetap di US$72,68 setelah menyentuh puncak tahun 2024 di US$75,25.

Sementara itu, data Produsen Harga Indeks (PPI) AS menambah ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal dari Federal Reserve.

Meskipun PPI untuk permintaan akhir turun 0,1%, indikasi penurunan inflasi di bulan-bulan mendatang, data harga konsumen AS pada Desember 2023 melampaui perkiraan.

Imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun turun ke level terendah sejak Mei di 4,119% setelah rilis data PPI.

Imbal hasil obligasi 10 tahun juga mencapai level terendah seminggu di 3,916%, memicu kekhawatiran tentang kinerja ekonomi dan menunjukkan sentimen peluang penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan Maret.

Pasang surut ini menciptakan gejolak di pasar finansial global, dengan pelaku pasar mengantisipasi dampak lanjutan dari konflik di Yaman terhadap pasokan minyak dunia dan dinamika kebijakan suku bunga di AS.***

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: sulteng.ragam-indonesia.com

Komentar