Pangeran Mbs Lantang Bersuara Soal AS dan Inggris Ikut ikutan Serang Milisi Houthi Yaman

- Senin, 15 Januari 2024 | 22:30 WIB
Pangeran Mbs Lantang Bersuara Soal AS dan Inggris Ikut ikutan Serang Milisi Houthi Yaman

JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com-Sejak Israel menggempur pejuang Hamas di Gaza, Houthi ikut-ikutan melancarkan serangkaian serangan ke negara Zionis itu.

Belakangan, milisi Houthi meningkatkan serangan mereka ke Israel dengan mulai menyerang dan membajak kapal-kapal komersial terkait Israel yang melewati Laut Merah.

Sementara itu Perdana Menteri sekaligus Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) lantang bersuara soal Amerika Serikat dan Inggris menyerang milisi Houthi di Yaman.

Melalui pernyataan resmi, Pangeran MbS mengutarakan kekhawatirannya atas eskalasi konflik yang meningkat di Laut Merah

Baca Juga: DWP Ditjen Diktiristek Serahkan Donasi Sebesar 71 Juta untuk Palestina

Meskipun Kerajaan Saudi menekankan pentingnya menjaga keamanan dan stabilitas kawasan Laut Merah, di mana kebebasan navigasi merupakan tuntutan internasional karena merugikan kepentingan seluruh dunia,

"Kerajaan Saudi menyerukan (semua pihak) menahan diri dan menghindari eskalasi sehubungan dengan peristiwa yang sedang terjadi di kawasan ini," bunyi pernyataan Saudi seperti dikutip CNN.

Dalam kesempatan itu, Pangeran MbS mendesak semua pihak yang terlibat menghindari eskalasi ketegangan. 

Baca Juga: Piala Asia 2023: Tuan Rumah Qatar Hajar Lebanon 3-0, Akram Afif Bikin Dua Gol

Pasalnya, serangan AS-Inggris ke Yaman ini terjadi kala agresi brutal Israel ke Jalur Gaza masih berlangsung sejak 7 Oktober lalu dan kini telah menewaskan lebih dari 23.200 warga Palestina.

Houthi segera melakukan serangan udara balasan terhadap kapal perang AS dan Inggris di Laut Merah usai Yaman dibombardir.

Wakil Menteri Luar Negeri Yaman di rezim Houthi, Hussein Al Ezzi, memperingatkan AS dan Inggris akan menghadapi ganjaran yang buruk atas agresi terang-terangannya ini.

"Negara kami menjadi sasaran serangan agresif besar-besaran oleh kapal, kapal selam, dan pesawat tempur Amerika dan Inggris, dan Amerika serta Inggris pasti harus bersiap untuk membayar harga yang mahal kata al-Ezzi dilansir CNN.

Houthi menguasai sebagian besar Yaman, termasuk menduduki Ibu Kota Sana'a sejak 2014 ketika perang sipil pecah di negara itu.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: jakarta.suaramerdeka.com

Komentar