Perekonomian Tiongkok dalam beberapa dasa warsa terakhir menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Pertumbuhan yang double digit berlangsung bertahun-tahun sehingga membawa loncatan yang besar pada perekonomian negara tersebut. Pada saat yang sama loncatan tehnologi terjadi di berbagai sektor.
Sektor konstruksi menunjukkan perkembangan yang luar biasa dengan dibangunnya infrastruktur diseluruh pelosok negara tersebut. Demikian juga dengan industri manufaktur dengan semakin majunya industri otomotif, industri pembuatan pesawat terbang, pembuatan kapal baik untuk keperluan sipil maupun iliter dan banyak lagi. Tiongkok bahkan dewasa ini menjadi pemain terunggul untuk industri baterai dan industri mobil listrik.
Perkembangan tersebut membuat negara Tiongkok mengalami keunggulan yang luar biasa dalam hal perdagangan internasionalnya dengan berbagai negara. Surplus perdagangan yang besar terjadi dengan rival bebuyutannya yaitu Amerika Serikat. Demikian juga dengan negara-negara Eropa dan banyak lagi. Pada tahun 2022 yang lalu surplus neraca perdagangannya keseluruh dunia mencapai 900 milyar dolar AS dimana sebesar 400 milyar dolar AS merupakan surplus Tiongkok terhadap Amerika Serikat saja.
Di tahun 2022 yag lalu Tiongkok juga mengalami surplus dengan Indonesia sebesar 3.695 juta dolar AS. Yang menarik, terdapat suatu artikel yang bercerita bahwa ada 8 negara bagian di AS yang di tahun 2022 yang lalu mengalami surplus terhadap Tiogkok. Itu berarti suatu surplus neraca perdagangan dengan negara Naga tersebut dianggap sebagai suatu prestasi yang luar biasa.
Saya mengamati perkembangan tersebut dan mencoba melakukan penelusuran sejak Januari 2011 sampai dengan data terakhir bulan Desember 2023 yang baru saja dikeluarkan kemarin. Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan secara terus menerus sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2022 yang lalu. Bahkan kalaupun penelusuran dilakukan sejak jaman Majapahit sekalipun, kemungkinan besar data statistik kita masih akan menunjukkan defisit yang sama dalam neraca perdagangan kita. Akan tetapi data neraca perdagangan bulan Desember 2023 kemarin, yang sudah saya tunggu beberapa lama, memunculkan data yang menurut saya sangat spektakuler.
Pada bulan Desember 2023 tersebut Ekspor Indonesia ke Tiongkok mencapai 5.766,9 juta dolar AS. Sementara impor Indonesia dari Tiongkok mencapai 5.446,7 juta dolar AS. Kedua angka tersebut menghasilkan angka surplus kepada neraca perdagangan Indonesia untuk bulan Desember 2023 sebesar 320.2 juta dolar AS. Angka tersebut tentu menarik. Tetapi secara bulanan Indonesia bahkan pernah mengalami surplus lebih dari 1 milyar dolar AS pada tahun 2022 yang lalu.
Yang sangat menarik adalah bahwa Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan Tiongkok untuk sepanjang tahun 2023 sebesar 153,1 juta dolar AS yaitu yang berasal dari ekspor Indonesia ke Tiongkok sebesar 62.335,1 juta dolar AS sementara impornya sepanjang tahun 2023 adalah sebesar 62.182,0 Juta dolar AS.
Perkembangan ini terjadi karena banyaknya investasi negara Naga tersebut ke Indonesia yang didorong oleh Hilirisasi nikel dan komoditas lainnya sehingga memunculkan potensi baru bagi perkembangan ekspor di Indonesia. Pada akhirnya harus diakui bahwa hlirisasi yang dimulai dijaman pak Jokowi telah menghasilkan banyak hal termasuk hadirnya surplus Indonesia terhadap negara Tiongkok.
Cyrillus Harinowo adalah seorang ekonom Indonesia. Ia mendapatkan gelar Master Development Economics, Center for Development Economics dari William College, Massachusetts tahun 1981, dan Doktor Moneter dan Ekonomi Internasional dari Vanderbilt University, Nashville, Tennesse, Amerika Serikat tahun 1985
***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: indonesia.jakartadaily.id
Artikel Terkait
Pelapor PBB: Amerika Danai Genosida yang Dilakukan Israel di Jalur Gaza!
Pemimpin Barat Kelimpungan Cegah Iran Serang Israel
Iron Dome Israel Tak Mampu Tangkal Serangan Hizbullah pada Dini Hari Tadi, Utara Dihujani 30 Roket
Hizbullah Lancarkan Gelombang Serangan Roket Buatan Rusia, Iron Dome Israel tak Berfungsi