BICARA BERITA - Konflik di Gaza terus menyita perhatian dunia.
Konflik ini bermula pada tahun 1948. Pada awalnya, Gaza merupakan bagian dari Kesultanan Utsmaniyah.
Namun, setelah kekalahan Kesultanan Utsmaniyah dalam Perang Dunia I, wilayah ini jatuh ke tangan Inggris sebagai mandat Liga Bangsa-Bangsa.
Setelah pembagian wilayah Palestina oleh PBB pada tahun 1947, Gaza menjadi bagian dari Palestina yang menjadi wilayah resmi bagi penduduk Arab.
Namun, pada tahun 1948, saat negara Israel didirikan, terjadi perang antara negara Israel dan negara-negara Arab yang bersekutu.
Konflik ini menyebabkan migrasi massal penduduk Palestina ke Gaza, yang kemudian ditempati oleh negara Israel dan terpisah dari Tepi Barat. Selama beberapa dekade berikutnya, Gaza selalu menjad medan perang.
Baca Juga: Mau Liburan di Kebumen? Inilah Rekomendasi Wisata Akhir Tahun yang Seru dengan Pesona Menakjubkan
Perang Israel-Arab Selatan pada tahun 1956 dan 1967 yang melibatkan Mesir, Suriah, dan Yordania, juga berdampak besar bagi Gaza.
Setelah perang 1967, Israel menduduki dan mengendalikan wilayah Gaza, Tepi Barat, dan wilayah Palestina lainnya, menyebabkan meningkatnya pemberontakan.
Pada tahun 1993, dilakukan upaya perdamaian melalui pembentukan Otoritas Palestina dan ditandatanganinya Perjanjian Oslo antara Israel dan Palestina.
Namun, perjanjian ini tidak membawa perdamaian yang langgeng. Konflik di Gaza mencapai puncaknya pada tahun 2007, ketika Hamas mengambilalih kekuasaan dari otoritas Palestina di Gaza.
Israel menyatakan Gaza sebagai entitas terpisah dan menjalankan blokade yang ketat untuk mencegah infiltrasi militan dan serangan terhadap penduduk Israel.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bicaraberita.com
Artikel Terkait
Pelapor PBB: Amerika Danai Genosida yang Dilakukan Israel di Jalur Gaza!
Pemimpin Barat Kelimpungan Cegah Iran Serang Israel
Iron Dome Israel Tak Mampu Tangkal Serangan Hizbullah pada Dini Hari Tadi, Utara Dihujani 30 Roket
Hizbullah Lancarkan Gelombang Serangan Roket Buatan Rusia, Iron Dome Israel tak Berfungsi