Thailand dan Israel Jalin Kolaborasi Produksi Rudal Anti Tank SPIKE, Meski Banyak Boikot di Sana-sini

- Minggu, 21 Januari 2024 | 09:31 WIB
Thailand dan Israel Jalin Kolaborasi Produksi Rudal Anti Tank SPIKE, Meski Banyak Boikot di Sana-sini

murianetwork.com - Di tengah banyaknya penolakan masyarakat dunia terhadap Israel, Thailand justru berupaya untuk menjalin kolaborasi dengan negara tersebut.

Thailand berkolaborasi dengan Israel dalam rangka memproduksi rudal anti tank SPIKE dan memasarkannya di Asia Tenggara.

Lantas apa motivasi Thailand untuk berkolaborasi dengan Israel dalam hal produksi rudal anti tank SPIKE? Mengapa terkesan nekat melakukannya saat boikot terhadap negara mitranya menggema di hampir seluruh penjuru dunia?

Baca Juga: Ikut Latihan Udara Bersama B-1B Lancer di Laut Natuna Utara, Ini Keunggulan A330 MRTT yang Dimiliki Singapura

Perjanjian dengan Thailand tidak dilakukan langsung oleh Israel, melainkan melalui perusahaan Rafael Advanced Defense Systems.

Begitupun halnya Negeri Gajah Putih yang meneken kontrak atas nama Defense Technology Institute (DTI).

Proses produksi yang siap dimulai dalam waktu dekat merupakan tindak lanjut setelah kesepakatan akuisisi terjalin akhir tahun 2020 lalu

Berdasarkan perjanjian yang disepakati, kedua negara tak hanya sekedar melaksanakan proses produksi komponen sistem peluru kendali pada rudal anti tank SPIKE.

Ada proses transfer of technology antara kedua belah pihak yang memiliki manfaat dalam jangka panjang.

Thailand sendiri akan menjadi tempat produksi dua varian SPIKE yakni SPIKE Non-Line-of-Sight (NLOS) dan SPIKE Extended Range (ER).

Baca Juga: Meski Sudah Tua, Iran Masih Tetap Gunakan Su 22 Sekaligus Upgrade Kemampuannya Jatuhkan Bom dan Rudal

Perlu diketahui bahwa kerja sama ini merupakan fase pertama, dan akan berlanjut ke fase berikutnya jika berhasil.

Akan tetapi, itu semua tergantung pada kondisi Angkatan Bersenjata Thailand yang memperoleh lebih banyak sistem peluru kendali.

"Jika kerja sama pada fase pertama berhasil, kami akan melanjutkan ke fase kedua, di mana kami akan lebih meningkatkan transfer teknologi dan produksi," kata salah satu pejabat senior DTI sebagaimana dikutip murianetwork.com dari laman Defence Security Asia pada Minggu, 21 Januari 2024.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: zonajakarta.com

Komentar