DISTRIK NEWS - Invasi gaza oleh Israel sudah menyita perhatian masyarakat global, dan tidak sedikit negara-negara di dunia mengecam dan mengutuk keras atas agresi Israel di jalur Gaza sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan global. Dilansir dari Kementerian Kesehatan Gaza, pada Kamis (21/12/2023), yang dimuat dalam kompas.id dikabarkan jumlah korban di jalur gaza sudah mencapai 20.000 jiwa dalam 10 pekan invasi.
Jumlah korban yang begitu fantastis dari warga Gaza tersebut, namun pembicaraan gencatan senjata dari kedua belah pihak belum menemukan titik terang.
Usaha Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk melakukan voting gencatan senjata pun terus tertunda yang ketiga kalinya hanya karena keberatan Amerika Serikat.
Hal serupa dilakukan negara-negara Arab seperti Mesir, Qatar dll, telah berupaya bernegosiasi dari kedua belah pihak namun tetap saja tidak berhasil.
Baca Juga: Bantuan Kemanusiaan Sulit Didapatkan, 1,5 Juta Penduduk Palestina Tinggalkan Gaza
Lepas dari pembicaraan gencatan senjata diatas, tulisan ini mencoba mengamati konflik kepentingan (conflict of interest) negara adidaya dunia dibalik invasi Gaza, oleh Israel, tulisan ini bersifat menyoal sebagai opini pribadi dalam menilai dukungan Amerika Serikat, Rusia dan China kepada kedua negara yakni Palestina dan Israel.
Beberapa pekan yang lalu kita menyaksikan sikap Rusia dan China dalam menyampaikan dukungannya terhadap kemerdekaan bangsa Palestina sekaligus menyerukan gencatan senjata, disamping itu Rusia dan China kompak melontarkan kritikan keras terahadap Amerika Serikat yang menyuplai persenjatan militer Israel untuk memberantas Hamas di Gaza, yang dinilai tidak bermoral.
Menyikapi, sikap keberpihkan kedua negara adidaya tersebut, penulis merasa tertarik untuk membedah terkait motif dari dukungan kedua negara tersebut, apakah murni panggilan nurani kemanusiaan atau ada motif kepentingan politik. Mari kita simak.
Baca Juga: Israel Menyerang Sasaran di Gaza, Gencatan Senjata Dengan Hamas Runtuh
Sebelum penulis mengurai lebih jauh, terlebih dahulu penulis bergeser pada peristiwa mutakhir di daratan Amerika Latin yaitu konflik politik Venezuela, dalam konflik ini Rusia dan China sebagai negara sekutu wahid sama-sama mendukung pemerintahan Nicolas Maduro.
Kedua negara ini menunjukkan sikap yang serupa terhadap Palestina, dalam konflik politik Venezuela, Rusia dan China kompak mengecam Amerika Serikat atas kecamukan politik yang menimpa Venezuela.
Baca Juga: Israel Serang Rumah Sakit di Gaza! Para Pemimpin Dunia Mengambil Sikap Kecam Israel
Sementara Amerika Serikat (AS) dan konco-konconya meng-endorse pemimpin oposisi Majelis Nasional Vanezuela, Juan Guaido.
Perseteruan kedua negara adidaya tersebut semakin sengit dimulai sejak Maduro menjadi presiden Venezuela pada 2013.
Pada situasi seperti ini di Venezuela terbagi menjadi rivalitas antara Maduro dan Guaido yang keduanya di backup negara adidaya yakni Amerika dan Rusia.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: distriknews.com
Artikel Terkait
Pelapor PBB: Amerika Danai Genosida yang Dilakukan Israel di Jalur Gaza!
Pemimpin Barat Kelimpungan Cegah Iran Serang Israel
Iron Dome Israel Tak Mampu Tangkal Serangan Hizbullah pada Dini Hari Tadi, Utara Dihujani 30 Roket
Hizbullah Lancarkan Gelombang Serangan Roket Buatan Rusia, Iron Dome Israel tak Berfungsi