MURIANETWORK.COM - Rabbi Dov Lando, seorang pemimpin aliran Yudaisme ultra-Ortodoks Lithuania di Israel, mengkritik Zionisme dalam sebuah surat yang baru-baru ini dikirim kepada pemimpin redaksi Yated Ne'eman. Media itu merupakan salah satu surat kabar ultra-Ortodoks terkemuka di negara itu.
"Zionisme adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk menempatkan orang-orang Israel pada basis sekuler yang jelas, yang isinya adalah ajaran sesat dan pemberontakan terhadap Kerajaan Surga," tulis Lando kepada editor Rabbi Israel Friedman, seraya menambahkan bahwa 'tidak ada izin' untuk bergabung dengan kaum Zionis.
Lando, mengepalai salah satu yeshiva (seminari ortodoks) tertua di Israel, dikenal karena pandangannya yang anti-Zionis. Selama wawancara di mana ia mengungkapkan isi surat Lando, Friedman juga membeberkan pandangan anti-Zionisnya.
Menurut Friedman, Zionisme berupaya menciptakan 'Yahudi baru', yang bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat ultra-Ortodoks.
"Zionisme tidak sesuai dengan pandangan dunia kita," katanya. "Orang-orang Israel berusia 3.000 tahun, sedangkan orang-orang Israel 'baru' ada selama 80 tahun."
"Kita harus melanjutkan jalan kita dan mempertahankan tembok pemisah dan keterasingan," katanya, mengacu pada cara hidup Ortodoks.
Sejak dimulainya perang di Gaza, telah terjadi perdebatan publik yang sengit tentang apakah kaum ultra-Ortodoks harus mendaftar menjadi tentara.
Sejak berdirinya pemerintahan Israel, kaum ultra-Ortodoks telah dibebaskan dari wajib militer agar mereka dapat belajar di seminari. Studi-studi tersebut didanai oleh negara.
Sementara itu, awal pekan ini, Yitzhak Goldknopf, menteri perumahan dan konstruksi Israel, dan ketua partai ultra-Ortodoks United Torah Judaism, difilmkan di sebuah pesta pernikahan sambil bernyanyi, "Kami tidak percaya pada kekuasaan orang kafir, dan kami tidak muncul di kantor perekrutan mereka dan kami akan mati dan tidak mendaftar (jadi tentara)".
Video tersebut dikritik di Israel, termasuk di dalam jajaran pemerintah sayap kanan, yang mendorong Goldknopf untuk meminta maaf.
Kota hantu
Secara terpisah, Kiryat Shmona, salah satu kota paling utara di Israel dan paling dekat dengan perbatasan dengan Lebanon, sekarang menyerupai kota hantu. Demikian menurut sebuah artikel yang diterbitkan minggu ini di Ynet.
"Toko-toko tutup setiap hari, mal besar ditinggalkan dan tidak akan dibuka sampai bulan Agustus, dan pemilik bisnis serta pengusaha berjuang untuk mengatasi kurangnya dukungan dan birokrasi agar dapat menerima kompensasi," kata laporan itu.
Seorang pemilik toko kain mengatakan bahwa sebagian besar penduduk belum kembali ke kota dan komunitas sekitar yang dievakuasi, dan bahwa mungkin hanya satu atau dua pelanggan datang ke sini setiap hari.
Warga mengatakan kepada Ynet bahwa sebelum perang, Kiryat Shmona, dengan 24.000 penduduknya, merupakan pusat komersial di Israel utara. Namun, setelah permusuhan di perbatasan dengan Lebanon, kota itu kini dijuluki sebagai daerah dilanda bencana.
Avichai Stern, wali kota Kiryat Shmona, yang baru-baru ini memenangkan masa jabatan lagi, mempertanyakan kemampuan kota itu untuk kembali normal.
Wakil Stern, Zeevik Zvili, mengatakan dalam sebuah wawancara bulan lalu, "Kami terpaksa kembali ke Kiryat Shmona, kami tidak memiliki rasa aman."
Menurut Zwilli, hanya 60 persen penduduk yang kembali ke kota itu setelah mengungsi pada awal perang.
Kepala militer baru dituduh 'melawan tentara'
Eyal Zamir, kepala staf militer Israel yang baru, telah dikritik di sejumlah media Israel karena gagal menentang dimulainya kembali perang oleh pemerintah.
Setelah diangkat, Zamir dipuji oleh para politisi dan jurnalis dari seluruh spektrum politik atas pengalaman militernya yang luas.
Namun Yagil Levy, seorang pakar hubungan sosial-militer di Universitas Terbuka, menulis minggu ini di Haaretz bahwa kepala staf tersebut menentang keinginan tentang.
Menurut Levy, semua kepala staf sebelumnya dalam sejarah Israel telah berupaya memperkuat angkatan darat, tetapi diragukan apakah Zamir akan meneruskannya.
"Zamir tidak hanya menahan diri untuk tidak melawan para politisi dan menentang dimulainya kembali perang di Gaza - ia melakukan yang sebaliknya," kata Levy.
Menurut kolumnis tersebut, Zamir telah mengabaikan kelelahan para prajurit, bahaya bagi tawanan Israel, pembunuhan warga Palestina, dan protes terhadap reformasi peradilan pemerintah sayap kanan.
Sumber: republika
Artikel Terkait
Kejam! Israel Jatuhkan Bom Saat Warga Palestina Rayakan Idul Fitri, Puluhan Orang Tewas
Gempa Myanmar Runtuhkan Lebih dari 50 Masjid, Ratusan Warga Diduga Tewas saat Salat
Viral Video Seorang Wanita Tampar Petugas Keamanan Masjid Nabawi, Ada Apa Gerangan?
Limosin Putin Meledak di Moskow, Zelenskyi Sempat Ramalkan Kematian Presiden Rusia