MURIANETWORK.COM - Wafatnya Paus Fransiskus telah memicu diadakannya konklaf, yaitu tradisi berabad-abad untuk memilih paus baru. Takhta Suci mengonfirmasi bahwa konklaf akan resmi dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025, waktu setempat.
Sejak Paus asal Argentina itu meninggal dunia pada 21 April lalu dalam usia 88 tahun, puluhan kardinal dari seluruh dunia sudah berkumpul di Vatikan. Namun, hingga kini masih belum ada petunjuk jelas siapa yang akan terpilih menjadi pemimpin baru Gereja Katolik.
“Konklaf untuk memilih paus baru akan dimulai pada 7 Mei,” demikian diumumkan Kantor Pers Takhta Suci melalui Vatican News di platform X.
"Para Kardinal yang hadir di Roma membuat keputusan itu pada Senin, dalam sidang umum kelima mereka," lanjut keterangan tersebut.
Menurut postingan tersebut, konklaf akan digelar di Kapel Sistina di Vatikan, yang akan ditutup untuk umum selama proses berlangsung.
Kardinal Jose Cobo dari Spanyol mengatakan, konklaf kali ini diprediksi akan penuh kejutan.
“Saya yakin, kalau Paus Fransiskus adalah sosok penuh kejutan, maka konklaf ini juga akan dipenuhi kejutan karena benar-benar tidak bisa ditebak,” ujarnya dalam wawancara yang dimuat oleh surat kabar El Pais pada Minggu.
Menurutnya, pada konklaf-konklaf sebelumnya, arah pilihan biasanya lebih terlihat, sementara kini banyak kardinal berasal dari luar Eropa, dan sebagian dari mereka bahkan belum saling mengenal.
Paus Fransiskus dimakamkan pada Sabtu lalu dalam sebuah upacara megah di Lapangan Santo Petrus, yang dihadiri sekitar 400.000 orang, termasuk anggota kerajaan, pemimpin dunia, dan peziarah dari berbagai negara.
Di tengah berbagai konflik dan krisis dunia saat ini, nama Kardinal Pietro Parolin dari Italia menjadi kandidat kuat pengganti Fransiskus. Parolin selama ini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Vatikan, posisi tertinggi kedua setelah Paus.
Menurut prediksi bandar taruhan Inggris, William Hill, Parolin diunggulkan sedikit di atas Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, yang merupakan Uskup Agung Emeritus Manila. Disusul oleh Kardinal Peter Turkson dari Ghana, Pierbattista Pizzaballa dari Yerusalem, Kardinal Robert Sarah dari Guinea, dan Kardinal Matteo Zuppi dari Bologna.
Ricardo Cruz, seorang warga Filipina berusia 44 tahun yang mengunjungi makam Fransiskus pada Minggu, menyatakan harapannya.
"Sebagai orang Filipina, tentu saya ingin paus berikutnya berasal dari Asia. Tapi sebagai umat Katolik, yang terpenting adalah para kardinal memilih paus yang terbaik," ujarnya.
Semasa hidup, Paus Fransiskus dikenal karena upayanya menjadikan Gereja lebih terbuka dan penuh belas kasih, yang membuatnya dicintai banyak orang. Namun, beberapa reformasinya juga menuai kritik, terutama dari kelompok konservatif di Amerika Serikat dan Afrika.
Profesor Roberto Regoli, ahli sejarah Gereja dari Universitas Kepausan Gregorian di Roma, mengatakan kepada AFP bahwa para kardinal kemungkinan mencari sosok yang mampu "menciptakan persatuan yang lebih besar".
"Katolik saat ini mengalami banyak polarisasi, jadi saya memperkirakan konklaf kali ini tidak akan berlangsung dengan cepat," ujarnya.
Sejak wafatnya Fransiskus, para kardinal telah rutin mengadakan pertemuan umum untuk membahas persiapan pemakaman hingga tahapan konklaf.
Sumber: rmol
Artikel Terkait
AS Kehilangan Jet Tempur Seharga Rp1 Triliun di Laut Merah
Spanyol dan Portugal Mati Lampu Satu Negara! ATM, Bandara, Internet, dan Kereta Chaos
Ali Khamenei Perintahkan Investigasi Mendalam Buntut Ledakan di Pelabuhan Iran
Update Ledakan di Pelabuhan Iran: 40 Tewas, Ribuan Orang Luka-luka