murianetwork.com - Militer Israel pada hari Minggu (31/12/2023) mengumumkan penarikan mundur lima brigade – lebih kurang 15 batalyon atau sekitar 15.000 tentara – dari Jalur Gaza dalam beberapa pekan mendatang.
Langkah Israel ini diambil saat dunia internasional mendesak Israel untuk menghentikan serangan di Gaza yang sudah menewaskan hampir 22 ribu orang Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengingatkan seiring masuknya musim dingin, lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza akan kelaparan jika bantuan tak kunjung masuk.
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken telah berulang kali mendesak Israel untuk melindungi warga sipil Palestina di Gaza. Blinken dijadwalkan kembali terbang ke Israel dan kawasan Timur Tengah pekan depan.
Penarikan pasukan Israel dari Kota Gaza dan bagian utara Gaza tersebut, dinilai perubahan strategi yang dilakukan oleh militer Israel karena besarnya korban tewas dan cacat tetap di pihak mereka.
Baca: Serangan Israel saat malam Natal tewaskan 60orang
Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Dr. Yon Machmudi menilai efektifitas serangan darat Israel akan dievaluasi dan sekaligus memberikan jeda bagi tentaranya yang sudah dikerahkan dalam waktu cukup lama di Gaza.
"Banyak personil yang diturunkan mendapat kesejahteraan yang mencukupi karena sebagian besar merupakan tentara cadangan,” kata Yon kepada VOA, Rabu (3/1/2024).
Selain membayar gaji tentara dan ongkos perang lain seperti peluru dan bom, pemerintah Netanyahu juga harus membiayai kehidupan sekitar 200.000 orang yang dievakuasi dari desa-desa di sepanjang perbatasan Gaza,
Selain itu juga ribuan pengungsi di perbatasan utara Lebanon yang dibombardir Hizbullah setiap hari.
Sebagian besar warga yang dievakuasi ini ditempatkan di hotel atau rumah sewa di bagian utara dan selatan, yang biayanya ditanggung oleh pemerintah.
Baca: Dewan Keamanan PBB sahkan resolusi bantuan kemanusiaan untukGaza
Yon mengatakan hal ini diperparah oleh kondisi ekonomi Israel yang terus anjlok sejak mulai berkecamuknya perang tanggal 7 Oktober lalu.
Bisnis tidak lagi berjalan seperti biasa, sementara pasokan berkurang karena gangguan yang terjadi di Laut Merah.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: ruangkota.com
Artikel Terkait
Pelapor PBB: Amerika Danai Genosida yang Dilakukan Israel di Jalur Gaza!
Pemimpin Barat Kelimpungan Cegah Iran Serang Israel
Iron Dome Israel Tak Mampu Tangkal Serangan Hizbullah pada Dini Hari Tadi, Utara Dihujani 30 Roket
Hizbullah Lancarkan Gelombang Serangan Roket Buatan Rusia, Iron Dome Israel tak Berfungsi