FATAL! Pernyataan ‘Ndasmu’ Presiden Prabowo Tuai Kecaman, Pakar Komunikasi Beber Dampaknya ke Publik

- Senin, 17 Februari 2025 | 15:50 WIB
FATAL! Pernyataan ‘Ndasmu’ Presiden Prabowo Tuai Kecaman, Pakar Komunikasi Beber Dampaknya ke Publik




MURIANETWORK.COM - Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga, Henri Subiakto menilai Presiden Prabowo merendahkan kritik publik. Terkait dengan tanggapannya soal kritik kabinet gemuk.


“Prabowo dalam penampilan pidatonya belakangan ini tak hanya meremehkan kritik netizen dan masyarakat, tapi juga meremehkan pendapat para akademisi, dan para profesor yang dia sebutkan,” kata Henri dikutip dari unggahannya di X, Senin (17/2/2015).


Hal itu, disebut Henri sebagai fallacy of relevance. Menyerang kembali pengkritiknya dengan cara tertentu.


“Prabowo melakukan fallacy of relevance, menyerang pendapat atau pemikiran yang tidak relevan dengan argumen asli dari para pengritiknya,” ucap Henri.


Padahal menurut Henri, Kabinet gemuk Prabowo berhubungan dengan efisiensi anggaran. Hal yang didengungkan pemerintah belakangan ini.


“Maka perbandingan yang relevan adalah dengan Kabinet Kabinet Pemerintah Indonesia sebelumnya. Misal dibandingkan dengan struktur Kabinetnya Presiden Jokowi, SBY hingga Soeharto atau Sukarno,” terangnya.


Sementara Prabowo, malah membandingkan negara maju. Seperti di Uni Eropa.


“Bukan malah dibandingkan dengan Uni Eropa yg merupakan kumpulan negara negara maju di Eropa,” imbuhnya.


Secara luas, memang 27 negara Uni Eropa itu seluas Indonesia. Tapi konteksnya berbeda.


“Walau luas negara kita memang sebanding dengan Uni Eropa tapi kita itu satu negara, sedang UE terdiri 27 negara, dengan kekuatan ekonomi, sejarah dan kondisi rakyatnya sangat kontras dan tidak bisa dibandingkan dengan Indonesia dan provinsi-provinsinya,” jelasnya.


“Kenapa Kabinet Prabowo tidak dibandingkan dengan Kabinetnya Donald Trump, atau Xi Jinping, atau Narendra Modi? Dibandingkan dengan negara-negara besar lain di dunia,” tambahnya.


Henri menyebut hal itu sebagai teknik retorika Strawman Fallacy, sebuah cara argumentasi tanpa kehadiran lawan debat di panggung dengan menciptakan versi lemah yang diidentikkan sebagai argumen lawan yang seolah olah itu argumen atau logika asli dari para pengritiknya.


“Apa yang dilakukan Prabowo justru mengalihkan perhatian pada isu perdebatan yang sebenarnya, yaitu keharusan efisiensi. Prabowo justru nampak tidak fair. Tidak adil dan tidak relevan karena memutarbalikkan argumen pengritiknya,” pungkasnya.


“Apa yang dilakukan Prabowo justru memperburuk miskomunikasi dan polarisasi dalam diskusi publik di negeri ini. Rakyat makin terbelah dan bisa menciptakan ketidaksukaan dan amarah,” tandasnya.


👇👇



Adapun perkataan ndasmu Prabowo itu disampaikan di Hari Ulang Tahun (HUT) Partai Gerindra. 


Di dalam pidatonya, Prabowo menanggapi kritik terhadap kabinet yang dinilai sejumlah pihak gemuk.


Tidak gamblang, Prabowo mulanya menyebut ada orang pintar yang menganggap kabinetnya gemuk.


“Ada Orang-orang pinter itu bilang kabinet ini kabinet gemuk. Terlalu besar,” kata Prabowo.


Lalu ia melanjutkan seolah berbisik.


“Ndasmu,” ucapnya.


Pegiat Media Sosial bercentang biru, Cak Khum menyoroti laku Prabowo itu. Ia menyoal hal tersebut.


“Presiden kok kerjaannya Curhat, kalau nggak gitu omon-omon tok,” kata Cak Khum dikutip dari unggahannya di X, Sabtu (15/2/2025).


Acara HUT Gerindra yang digelar di Sentul, Bogor hari ini, Sabtu (15/2/2025) itu ditayangkan di YouTube resmi Partai Gerindra.


Acara tersebut dihadiri menteri Kabinet Merah Putih dan ketua partai. Hadir pula Presiden ke-7 Jokowi.



Sumber: Fajar

Komentar

Terpopuler