GEGER Seruan Tarik Uang Dari Bank: 'Jangan-Jangan Karena Rencana Jokowi Ditunjuk Sebagai Pengawasnya?'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Gelombang kecurigaan dan ketidakpercayaan kembali mencuat di tengah masyarakat. Kali ini, sorotan tajam tertuju pada pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara), yang digadang-gadang akan menjadi tonggak baru dalam pengelolaan anggaran negara.
Namun, alih-alih disambut dengan optimisme, kebijakan ini justru menimbulkan reaksi negatif, bahkan memicu seruan untuk menarik dana dari bank-bank milik negara.
Apa yang membuat masyarakat begitu skeptis terhadap Danantara? Jangan-jangan, ini berkaitan dengan kemungkinan peran Jokowi dalam struktur pengawasannya?
Bayang-Bayang 1MDB dan Trauma Lama
Salah satu alasan utama mengapa masyarakat bereaksi keras terhadap Danantara adalah kekhawatiran bahwa badan ini bisa berakhir seperti skandal 1MDB di Malaysia.
Kasus tersebut menjadi contoh nyata bagaimana investasi negara dapat dimanipulasi oleh elite penguasa untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Dengan besarnya dana yang akan dikelola—mencapai ratusan triliun rupiah—muncul pertanyaan mendasar: siapa yang akan mengawasi dan memastikan bahwa Danantara tidak menjadi ladang korupsi baru?
Dalam pidatonya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa Danantara akan dikelola secara transparan dan profesional.
Namun, skeptisisme masyarakat tidak begitu saja sirna, terutama ketika melihat rekam jejak pengelolaan keuangan negara dalam satu dekade terakhir.
Apakah transparansi yang dijanjikan benar-benar bisa diwujudkan? Atau hanya sekadar janji manis untuk meredam kritik?
Jokowi dalam Struktur Pengawasan: Ancaman atau Jaminan?
Isu yang semakin membuat masyarakat waspada adalah kemungkinan keterlibatan Jokowi dalam pengawasan Danantara.
Jika benar ia akan menduduki posisi strategis dalam badan ini, wajar jika publik mempertanyakan: apakah ini langkah untuk memastikan keberlanjutan kekuasaan secara terselubung?
Jokowi selama ini dikenal sebagai sosok yang lihai dalam mempertahankan pengaruh politiknya.
Dengan memastikan dirinya tetap berada dalam lingkaran kebijakan strategis, ia dapat mengamankan berbagai kepentingan yang telah dibangun selama dua periode kepemimpinannya.
Jika keterlibatan Jokowi di Danantara benar adanya, maka kecurigaan bahwa badan ini hanya menjadi alat bagi oligarki untuk tetap mengontrol ekonomi negara semakin sulit dibantah.
Seruan Tarik Uang dari Bank: Bentuk Ketidakpercayaan Masyarakat
Di media sosial, muncul gerakan menarik dana dari bank-bank milik negara sebagai bentuk protes terhadap Danantara.
Ini bukan sekadar respons emosional, melainkan cerminan nyata dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap tata kelola keuangan negara.
Jika rakyat benar-benar merasa yakin bahwa Danantara akan membawa manfaat dan dikelola dengan baik, mustahil terjadi reaksi semasif ini.
Namun, fakta bahwa banyak yang memilih menarik dana mereka menunjukkan adanya ketakutan besar bahwa uang rakyat akan disalahgunakan untuk kepentingan segelintir elite.
Trauma atas kasus korupsi besar di masa lalu membuat masyarakat semakin waspada terhadap segala bentuk badan pengelola investasi yang lahir di bawah kekuasaan yang diragukan kredibilitasnya.
Prabowo dan Ujian Legitimasi
Sebagai presiden terpilih, Prabowo Subianto menghadapi ujian besar dalam membangun legitimasi pemerintahannya.
Keputusan untuk membentuk Danantara harus diiringi dengan langkah konkret dalam menjamin transparansi dan akuntabilitas.
Jika tidak, maka citra pemerintahannya akan semakin tercoreng bahkan sebelum benar-benar bekerja.
Pemerintah perlu memastikan bahwa Danantara memiliki mekanisme pengawasan independen yang benar-benar bebas dari intervensi politik.
Selain itu, segala transaksi yang dilakukan oleh badan ini harus terbuka untuk publik guna mencegah kecurigaan dan spekulasi yang merugikan stabilitas ekonomi.
Kesimpulan: Antara Harapan dan Kecemasan
Pembentukan Danantara mungkin didasarkan pada niat baik untuk mengelola keuangan negara secara lebih efektif.
Namun, dalam realitas politik Indonesia yang penuh dengan kepentingan tersembunyi, kebijakan ini justru menimbulkan kecemasan.
Ketidakpastian mengenai siapa yang akan mengawasi Danantara dan bagaimana transparansi akan dijamin menjadi faktor utama yang membuat masyarakat waspada.
Jangan-jangan, kekhawatiran ini beralasan? Jangan-jangan, keterlibatan Jokowi benar-benar menjadi bagian dari skenario besar untuk mempertahankan cengkeraman politik dan ekonomi?
Jika pemerintah tidak segera merespons kekhawatiran ini dengan tindakan konkret, maka kepercayaan publik terhadap kebijakan ekonomi nasional akan semakin rapuh. Dan itu bisa menjadi awal dari krisis yang lebih besar di masa depan. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Nekat! Copet Diduga Beraksi saat Demo Mahasiswa Indonesia Gelap, Diamuk Massa hingga Nyaris Tewas
Pujian Berlebihan ke Jokowi, Eks Presidium GMNI: Prabowo Merendahkan Diri Sendiri
Link Video Tanpa Busana Guru SD di Jember Viral di Medsos, Bikin Nitizen Geram
KPK Tahan Hasto, PDIP: Operasi Politik Mengawut-awut Partai