Janji Tinggal Janji, Wamenaker Noel Ogah Mundur Usai Sritex Bangkrut: Saya Tidak Pernah Bilang Begitu

- Selasa, 04 Maret 2025 | 17:15 WIB
Janji Tinggal Janji, Wamenaker Noel Ogah Mundur Usai Sritex Bangkrut: Saya Tidak Pernah Bilang Begitu




MURIANETWORK.COM - Pegiat media sosial Jhon Sitorus menyoroti Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer atau Noel yang dianggap tidak menepati janjinya setelah gagal menyelamatkan buruh Sritex dari pemutusan hubungan kerja (PHK).


Jhon menilai salah satu kesalahan besar Presiden Prabowo Subianto adalah tidak benar-benar mengenal sosok para menterinya, termasuk dalam hal kebijakan ketenagakerjaan.


"Salah satu kesalahan terbesar Prabowo adalah dia tidak mengenal siapa menteri-menterinya," ujar Jhon di X @JhonSitorus_18 (4/3/2025).


"Urusoan ketenagakerjaan diserahkan ke Noel, bukannya mengurangi pengangguran malah nambah pengangguran," tambahnya.


Ia juga mengkritik janji Noel yang sebelumnya mengaku siap mundur jika perusahaan tekstil Sritex benar-benar bangkrut. Namun, hingga kini janji tersebut belum direalisasikan.


"Janji mundur sebagai menteri jika Sritex bangkrut ternyata hanya sekadar lip service semata kepada karyawan Sritex," tandasnya.


Jhon bilang, kehadiran menteri-menteri seperti Noel justru semakin merusak citra Prabowo di tengah berbagai kontroversi, termasuk pernyataan "Ndasmu" yang sempat menuai kritik publik.


"Menteri-menteri sejenis ini malah hanya akan semakin merusak citra Prabowo ditengah kontroversi ucapan ndasmu," kuncinya.


πŸ‘‡πŸ‘‡



Sebelumnya, kabar mengejutkan datang dari dunia industri dan ritel di Indonesia beberapa waktu belakangan ini.


Bahkan, akun Instagram @nyinyir_update_official menyebut gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal yang melanda beberapa perusahaan besar, termasuk KFC Indonesia, Yamaha, Sanken, hingga Sritex.


Ribuan pekerja kehilangan mata pencaharian akibat berbagai faktor, mulai dari kerugian finansial hingga penutupan pabrik.


Industri alat musik ikut terkena imbas PHK besar-besaran. Yamaha, melalui divisi musiknya di Indonesia, mengumumkan rencana penutupan dua pabriknya pada tahun 2025.


Akibatnya, sebanyak 1.100 pekerja harus kehilangan pekerjaan.


PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang lisensi Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia, juga mengalami pukulan berat.


Perusahaan ini mencatat kerugian hingga Rp558 miliar pada kuartal ketiga 2024.


Faktor penyebabnya diduga akibat pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19 yang belum optimal serta krisis berkepanjangan di Timur Tengah.


Dampak dari kondisi finansial yang memburuk, KFC Indonesia telah menutup 47 gerai hingga September 2024, yang berujung pada PHK terhadap 2.274 karyawan.


Keputusan PHK ini menuai kritik dari serikat pekerja karena dianggap dilakukan secara sepihak tanpa komunikasi yang memadai dengan pengurus serikat.


Perusahaan elektronik asal Jepang, PT Sanken Indonesia, juga mengumumkan PHK massal pada tahun 2025.


Sebanyak 400 pekerja akan terkena PHK pada Juni 2025, setelah sebelumnya 500 karyawan lebih dulu diberhentikan.


Dengan demikian, total karyawan yang terdampak mencapai 900 orang. Mayoritas pekerja yang terkena PHK berada dalam rentang usia 30-40 tahun, yang dikhawatirkan akan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan baru.


Tidak hanya sektor makanan dan elektronik, industri tekstil juga mengalami pukulan berat. Pada 26 Februari 2025, Sritex mengumumkan PHK massal terhadap seluruh karyawannya.


Akibatnya, 10.665 karyawan harus kehilangan pekerjaan. Para karyawan yang terdampak telah mengajukan klaim atas hak-hak mereka, termasuk pesangon, Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).


Gelombang PHK massal ini menjadi sorotan publik, terutama di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan.


Banyak pihak mendesak pemerintah untuk mengambil langkah konkret guna melindungi para pekerja yang terdampak.


Sementara itu, Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan menanggapi maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor manufaktur dengan menegaskan bahwa masih banyak peluang kerja yang tersedia bagi para pekerja.


"Kita akan mencari industri yang membuka lapangan pekerjaan. Hari Senin, saya akan datang ke Garut, Jawa Barat. Di situ ada penerimaan lapangan pekerjaan sekitar sepuluh ribu," ujarnya.


Ia juga menyampaikan bahwa perusahaan teknologi Huawei akan membuka sekitar 30 ribu lapangan kerja bagi masyarakat.


Langkah ini diharapkan dapat membantu mengatasi dampak PHK yang terjadi di berbagai sektor.


Di sisi lain, Partai Buruh bersama Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mendesak pemerintah untuk lebih aktif melindungi buruh dari ancaman PHK massal.


Sumber: Fajar

Komentar

Terpopuler