Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai NasDem Asep Wahyuwijaya menyatakan dugaan korupsi yang terjadi di Pertamina menunjukkan adanya sindikat dan permufakatan jahat yang terjadi secara sistematis. Menurutnya, percuma selama ini Menteri BUMN Erick Thohir bicara soal akhlak jika ujungnya sekadar semboyan belaka.
"Ini luar biasa parah. Seruan untuk menegakkan akhlak di lingkungan Kementerian BUMN, justru diluluhlantakkan oleh salah satu BUMN terbesar yang katanya berkelas dunia," tegas Asep dalam keterangan yang diterima di Jakarta, dikutip Rabu (5/3/2025).
Ia mendesak agar pihak independen dapat mengaudit total secara menyeluruh terhadap kondisi keuangan dan tata kelola atau manajemen perusahaan. Tak hanya itu, dia juga mendukung Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk menindak tegas para pelaku, tanpa pandang bulu dalam rangka pemberantasan korupsi di Pertamina. Asep berharap hukuman bagi para pelaku harus setimpal agar memberikan efek jera.
"Saya kira kasus ini merupakan kejahatan sistemik dan terorganisir (organized crime). Kejagung mendapatkan momentum untuk melakukan bersih-bersih hingga ke akar-akarnya. Kemarin kita ribut soal efisiensi anggaran, tapi ternyata ada begundal-begundal yang menikmati kesenangan di atas penderitaan negara dan rakyat. Ini sangat keterlaluan," tandasnya.
Informasi yang didapat Inilah.com dari internal Kejagung, Boy diduga mengendalikan para pejabat Pertamina yang kini mendekam di tahanan. Diduga Boy mengatur melalui dua orang kepercayaannya, R Harry Zunardi alias AI dan Febri Prasetyadi Suparta alias James.
Dari penelusuran, R Haryy Zunardi alias AI merupakan sosok yang menggantikan Erick Thohir sebagai Komisaris Utama PT Mahaka Media Tbk (ABBA). Harry ditunjuk dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 2019 atau saat Erick Thohir diangkat menjadi Menteri BUMN.
Melalui AI ini, Boy diduga mengatur enam pejabat Pertamina yang bertugas menangani masalah impor minyak. AI diduga ikut menangani masalah impor minyak bersama enam tersangka di kantor PT Jenggala Maritim.
Sementara terkait peran Febri Prasetyadi Suparta alias Mr James, sumber Inilah.com menyebutkan kalau James merupakan kepanjangan tangan Boy yang diduga mengatur segala aktifitas kegiatan hulu blok migas.
Dalam praktiknya, James alias Febri Prasetyadi Suparta mempunyai holding besar yang mengatur banyak pejabat Pertamina. Febri Prasetyadi Soeparta alias James sempat juga terseret dalam kasus dugaan korupsi mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini.
Febri diduga memberikan uang sebesar 700 ribu dolar AS kepada Rudi Rubiandini. Pelatih golf yang juga orang kepercayaan Rudi Rubiandini, Deviardi menyebut Febri merupakan orang kepercayaan Boy Thohir.
Inilah.com sudah berusaha menghubungi Boy Thohir untuk meminta konfirmasi terkait dugaan keterlibatannya di kasus minyak mentah. Nomor telepon Boy Thohir yang kami punya tidak berhasil kami hubungi. Inilah.com berkomitmen memberikan kesempatan pertama kepada Boy Tohir untuk mengklarifikasi dugaan ini.
Inilah.com juga telah mencoba mengonfirmasi pihak BUMN, termasuk Staf Khusus BUMN Tsamara Amany dan Arya Sinulingga, namun hingga berita ini diturunkan, keduanya belum memberikan respons.
Diketahui, Kejagung sedang menyidik terkait kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina Subholding serta KKKS periode 2018–2023.
Hingga saat ini, Kejagung telah menetapkan sembilan tersangka dalam skandal korupsi tersebut. Dua tersangka terbaru adalah Maya Kusmaya, Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, serta Edward Corne, VP Trading Operation PT Pertamina Patra Niaga. Keduanya langsung ditahan di Rutan Salemba cabang Kejagung untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Modus operandi dalam kasus ini mencakup pengoplosan minyak berkadar oktan rendah dengan oktan tinggi serta pengadaan bahan bakar dengan sistem penunjukan langsung tanpa lelang.
Akibat praktik tersebut, harga BBM yang diperoleh jauh lebih mahal dari seharusnya. Kerugian negara akibat skandal ini diperkirakan mencapai Rp193,7 triliun, menjadikannya salah satu kasus korupsi terbesar dalam sejarah Indonesia.
Kejagung juga mengungkap adanya kesepakatan ilegal dalam pengadaan minyak mentah yang merugikan negara dalam jumlah besar. Selain Maya Kusmaya dan Edward Corne, tujuh tersangka lainnya adalah:
1. Riva Siahaan – Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga
2. Sani Dinar Saifuddin – Direktur Optimasi Feedstock dan Produk
3. Yoki Firnandi – Direktur Utama PT Pertamina Internasional Shipping
4. Agus Purwono – Vice President Feedstock Manajemen Kilang Pertamina Internasional
5. Muhammad Kerry Andrianto – Beneficial Owner PT Navigator Khatulistiwa
6. Dimas Werhaspati – Komisaris PT Navigator Khatulistiwa
7. Gading Ramadhan Joedo – Komisaris PT Jenggala Maritim.
Sumber: inilah
Foto: Menteri BUMN Erick Thohir/Net
Artikel Terkait
Belum Puas Jebloskan Nikita Mirzani ke Penjara, Reza Gladys Malam-Malam Datangi Polres Jaksel Bikin Laporan Lagi
Klarifikasi RS di Medan Diduga Malapraktik, Dikira Hanya Jari, Malah Kaki Pasien yang Diamputasi
Wanita di Medan Diamputasi Kakinya Tanpa Izin Keluarga, Polda Sumut Selidiki Dugaan Malapraktik
Penampakan Artis hingga Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono Jadi Korban Banjir Bekasi dan Bogor