Soroti Pertemuan Presiden dan Konglomerat di Tengah Banyaknya Ketidakberesan, Peneliti ISEAS: Para Taipan Kini Semakin Kuat!

- Jumat, 07 Maret 2025 | 21:45 WIB
Soroti Pertemuan Presiden dan Konglomerat di Tengah Banyaknya Ketidakberesan, Peneliti ISEAS: Para Taipan Kini Semakin Kuat!




MURIANETWORK.COM - Peneliti ISEAS, Made Supriatma, menyoroti pertemuan delapan pengusaha besar di Istana yang melibatkan nama-nama seperti Sugianto Kusuma alias Aguan, Garibaldi "Boy" Thohir, Tommy Winata, Prajogo Pangestu, Anthony Salim, Dato Sri Tahir, dan Franky Widjaja.


Dikatakan Supriatma, keberadaan mereka di lingkaran kekuasaan bukanlah hal baru, tetapi menunjukkan bagaimana hukum kekuasaan di Indonesia tidak pernah benar-benar berubah.


“Hukum kodok, di luaran isu beredar secara liar. Ada banyak ketidakberesan di negeri ini bersumber dari orang-orang ini,” ujar Supriatma dalam keterangannya di akun facebook miliknya, dikutip Jumat (7/3/2025).


Ia menyinggung berbagai isu yang melibatkan para taipan ini, mulai dari proyek pagar laut hingga kasus pengoplosan yang hingga kini tidak jelas ujungnya.


Supriatma menyoroti bagaimana isu pagar laut yang sempat ramai kini mendadak menghilang dari perbincangan publik.


"Menteri-menteri yang dulu ribut, semua diam. Bahkan ada yang kantornya terbakar," tambahnya.


Menurutnya, insiden tersebut bisa dimaknai sebagai peringatan bagi siapa saja yang mencoba melawan kekuatan besar di balik isu-isu tersebut.


"Metafornya, terbakar pula ujung jas-nya. Sebagai peringatan, jangan main-main," sebutnya.


Supriatma menegaskan bahwa penguasa dan pemilik modal yang berperan dalam dinamika politik dan ekonomi Indonesia sejak era Orde Baru hingga sekarang masih tetap sama.


"Semua sama saja. Tidak ada yang berubah di negeri ini. Penguasanya ya itu-itu saja. Isu ini dan itu saling bertumpuk," katanya.


Ia juga menyebut bahwa bukan karena rezim saat ini lebih buruk dari sebelumnya, melainkan karena sistem yang ada memungkinkan orang-orang yang sama terus bertahan dan bahkan semakin kuat.


“Bukan karena kesalahan rezim yang sekarang—yang adalah kelanjutan dari rezim sebelumnya. Juga bukan karena ganti pemain. Pemain-pemainnya tetap sama. Dari sejak zaman Suharto sampai sekarang," tegasnya.


Supriatma juga mengungkapkan bahwa para taipan kini semakin kuat mengendalikan kebijakan negara.


Hal ini, kata Supriatma, menjelaskan mengapa Presiden terpilih Prabowo Subianto berusaha mempertahankan Sri Mulyani di dalam kabinetnya.


"Itu juga yang menjelaskan mengapa Mbah Wowo berusaha keras supaya Sri Mulyono Nipunegoro tetap bersamanya," ungkapnya.


Supriatma menegaskan bahwa hukum kekuasaan di Indonesia masih sama seperti di era Orde Baru.


"Hukum kodok, menendang ke bawah untuk bisa melesat ke atas dan nguntal sebanyak-banyaknya. Orang-orang ini punya perut tanpa dasar. Apa saja diuntal!" kuncinya.


Sumber: Fajar

Komentar