Duet Indonesia Gelap Prabowo-Jokowi Penyebab Indonesia Bubar 2030!

- Minggu, 09 Maret 2025 | 12:55 WIB
Duet Indonesia Gelap Prabowo-Jokowi Penyebab Indonesia Bubar 2030!


'Duet Indonesia Gelap Prabowo-Jokowi Penyebab Indonesia Bubar 2030!'


Oleh: Buni Yani





Tujuh tahun lalu, ketika Prabowo berpidato secara berapi-api bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030, Jokowi menertawakannya. 


Entah tertawa Jokowi itu sebentuk sikap ngenyek, meremehkan, atau apa, tidak ada yang tahu. 


Tetapi dua tahun kemudian, pasca Pemilu 2019, Prabowo akhirnya bergabung dengan pemerintahan Jokowi.


Mungkin Jokowi tahu betul kepribadian orang seperti Prabowo sehingga dia berani tertawa. 


Jokowi dengan sikap liciknya yang sampai tulang sum-sum akhirnya berhasil menundukkan tokoh yang oleh para pengagumnya itu diberi gelar “macan Asia”. 


Mungkin ketika itu Jokowi dalam hati membatin: tunggu tanggal mainnya, ente belum tahu siapa saya. Makanya dia berani tertawa.


Ketika Prabowo berpidato mengenai bubarnya Indonesia pada tahun 2030—atau lima tahun lagi dari sekarang, atau satu tahun setelah Pemilu 2029—publik heboh. Media sosial riuh. 


Hampir semua media memberitakannya. Prabowo mengatakan sudah ada kajian dari negara-negara asing bahwa nasib Indonesia sudah selesai pada tahun 2030. Indonesia hanya tinggal nama.


Mengapa Indonesia bisa bubar? Prabowo, seperti biasa, dengan pidato yang berapi-api dan bernada patriotis mengatakan sumber masalahnya adalah ketidakpedulian para elit. 


Elit tidak ada yang peduli dengan 80 persen tanah Indonesia yang dikuasai oleh 1 persen orang-orang super kaya—yang sebagian besar adalah etnis Cina. 


Begitupun ketika kekayaan yang berlimpah itu dilarikan ke luar negeri, para elit itu seolah tutup mata. Para elit asyik bermewah-mewahan meskipun rakyat banyak menderita.


"Elit kita ini merasa bahwa 80 persen tanah seluruh negara dikuasai 1 persen rakyat kita, tidak apa-apa. Bahwa hampir seluruh aset dikuasai 1 persen, tidak apa-apa. Bahwa sebagian besar kekayaan kita diambil ke luar negeri, tidak tinggal di Indonesia, tidak apa-apa. Ini yang merusak bangsa kita, saudara-saudara," kata Prabowo berapi-api.


Ketika itu publik menunggu sumber data Prabowo sehingga dia berani mengutarakan peringatan yang menghentakkan itu. 


Meskipun tidak dikatakan langsung oleh Prabowo, orang-orang mengaitkan pidatonya itu dengan pidato Prabowo sebelumnya bertanggal 18 September 2017 di kampus UI. 


Waktu itu Prabowo mengungkapkan bahwa novel Ghost Fleet (Armada Hantu) karya August Cole dan PW Singer meramalkan Indonesia sudah tinggal nama pada 2030.


"Ghost Fleet ini sebetulnya novel tapi ditulis oleh dua ahli strategi dan intelijen Amerika [yang] menggambarkan sebuah skenario perang antara Cina dan Amerika tahun 2030. Yang menarik dari sini bagi kita hanya satu. Mereka ramalkan tahun 2030 Republik Indonesia sudah tidak ada lagi," demikian kata Prabowo pada seminar itu.


Kini pidato Prabowo itu seperti self-fulfilling prophecy—ramalan yang menjadi kenyataan—setelah dia menjadi presiden. Tanda-tanda ke arah Indonesia bubar semakin nyata dan tidak terelakkan. 


Semakin hari tanda-tanda itu semakin meresahkan banyak kalangan yang akhirnya melahirkan demo Indonesia Gelap.


Ironisnya, Prabowo ambil bagian di dalam proses bubarnya Indonesia itu. Dia menyumbang bagian yang sangat besar, melanjutkan kebejatan Jokowi yang telah membawa kebobrokan dan kerusakan negara selama 10 tahun. 


Sangat susah untuk mengelak bahwa Prabowo tidak terlibat dalam kejahatan Jokowi bila dia tidak memerintahkan penangkapannya.


Kasus hukum sebesar dan setelanjang pagar laut di Banten tiba-tiba menguap tidak jelas penyelesaiannya. Begundal-begundal Jokowi seperti Aguan dan Anthony Salim tak tersentuh hukum. 


Para aktivis percaya bahwa Aguan meminta perlindungan ke Jokowi lalu Jokowi “memerintahkan” Prabowo untuk menghentikan kasus itu.


Prabowo dipercayai memerintahkan penegak hukum agar kasus hanya berhenti sampai lurah Kohod. 


Biar tidak terlalu kentara sebagai permainan hukum yang kotor maka harus ada yang jadi korban. Maka lurah Kohod-lah tumbalnya.


Kasus judi online yang sempat memanggil dedengkot Projo, organisasi pemuja Jokowi, tiba-tiba sirna tidak jelas duduk perkaranya. 


Projo sempat diplesetkan oleh netizen menjadi Pro Judi Online untuk menunjukkan kekesalan karena adanya dugaan sangat kuat keterlibatan si dedengkot dalam tindak pidana ini.


Sempat menjadi berita menghebohkan tetapi akhirnya pelan-pelan menguap tidak jelas kelanjutannya.


Menyusul pembentukan Danantara, pasar bereaksi negatif. IHSG rontok, nilai rupiah juga ikut rontok. PHK di sebuah pabrik tekstil di Jawa Tengah memakan puluhan ribu tenaga kerja yang akan menjadi penganggur. 


Memasuki bulan Ramadhan harga cabe melonjak menjadi 200 ribu per kilogram. Potret suram dalam bidang ekonomi ini seperti bom yang sebentar lagi meledak.


Mencuatnya tragedi mega mega korupsi Pertamina menghentak perhatian rakyat yang sebagian besar dalam keadaan menderita karena ekonomi yang semakin memburuk. 


Kejaksaan Agung mengatakan pada tahun 2023 saja kerugian negara mencapai angka fantastis: 193,7 triliun rupiah. Kerugian ini berasal dari salah kelola minyak mentah Pertamina.


Penyidik kejaksaan mencurigai para tersangka sengaja membuat kebijakan mengurangi produksi minyak dalam negeri agar ada alasan untuk mengimpor minyak dalam jumlah besar. 


Ini tentu saja bertentangan dan melawan aturan yang berlaku yang menyebutkan bahwa minyak mentah dalam negeri harus menjadi prioritas sebelum melakukan impor.


Tidak cuma itu, korupsi ini juga dicurigai berasal dari praktik curang Pertamina membohongi konsumen. 


Pertamina dicurigai telah mencampur bensin jenis Pertamax dan Pertalite dengan zat tambahan sehingga meraup untung sangat besar, sementara konsumen menjadi korban. 


Di media sosial banyak keluh-kesah mengenai mesin mobil para pemakai Pertamax yang cepat rusak—yang dicurigai kuat bukan Pertamax asli.


Kejaksaan Agung mengatakan kerugian 193,7 triliun rupiah itu hanya untuk tahun 2023 saja, padahal salah kelola Pertamina sudah terjadi sejak 2018. 


Artinya, mega mega korupsi Pertamina sudah berlangsung lima tahun yang menjadikan angka korupsi harus dikalikan lima sehingga menghasilkan angka luar biasa fantastis: 968,5 triliun rupiah. 


Bagaimana kalau korupsi itu masih berlangsung sampai 2024 dan 2025? Maka angka ini bisa mencapai lebih 1000 triliun rupiah, atau 1 kuadriliun.


Belum lagi soal-soal etika yang sudah dianggap tidak penting sejak kampanye 2024 dulu, rasanya bangsa ini seperti mundur ke belakang ribuan tahun menjadi bangsa primitif. 


Bahlil yang terbukti disertasinya dibuat secara tidak jujur dan gelarnya sempat ditangguhkan UI, didiamkan saja. Hal yang sama juga terjadi dengan gelar Doktor Honoris Causa Raffi Ahmad yang penuh kejanggalan.


Omongan para pejabat yang diangkat Prabowo sepertinya tidak memahami penderitaan dan kesulitan yang dialami rakyat. 


Menanggapi demo Indonesia Gelap, Luhut Panjaitan dengan sombong mengatakan “yang gelap itu kau, bukan Indonesia“—suatu bentuk denial dari pejabat yang congkak, serta tidak punya empati dan simpati.


Wamen Ebenezer yang diangkat jadi pejabat dari jalur buzzer alias “juru maki”, menanggapi tagar #KaburAjaDulu di media sosial, dengan pongah dan ketus mengatakan, "Mau kabur, kabur ajalah. Kalau perlu jangan balik lagi." 


Tutur kata Ebenezer belum berubah meskipun sudah menjadi pejabat tinggi setingkat Wamen. Tutur katanya masih seperti “juru maki“ di media sosial.


Yang sangat mengejutkan, Gibran “Fufufafa” anak haram konstitusi yang kemampuannya di bawah standar diberikan kesempatan untuk memberikan pembekalan pada retreat kepala daerah di Magelang. 


Di antara kepala daerah itu banyak sekali yang kemampuannya mumpuni dan punya pengalaman panjang, tetapi anehnya kenapa harus dikuliahi Gibran yang ijazahnya diragukan para aktivis.


Mungkin hal-hal mengenaskan dan memalukan inilah—hal-hal yang akan membuat Indonesia bubar pada 2030—yang membuat putra mahkota Kraton Solo menulis di media sosial bahwa Kraton Solo menyesal bergabung dengan republik. 


Republik yang semakin tidak tentu arah di bawah kepemimpinan Prabowo yang kini menjadi “pelayan“ Jokowi.


Anehnya, dengan begitu banyaknya pesimisme, putus harapan, dan awan gelap yang menggelayut di atas langit ibu pertiwi, Prabowo seolah steril bahkan tak tersentuh dengan derita rakyatnya. Dia masih berpidato seperti orang mimpi yang tidak melihat realitas di lapangan. 


Dia mengatakan Indonesia akan menjadi ekonomi ke-4 terbesar di dunia pada tahun 2050. Bagaimana mau menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia kalau kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya?


Sebaiknya Prabowo menunduk ke bawah menatap penderitaan rakyatnya, lalu berhenti membuat pidato dan pernyataan yang penuh berisi omon-omon gombal. 


Prabowo harus betul-betul paham apa yang sedang terjadi di hadapannya agar bisa membuat keputusan terbaik untuk rakyat dan negara.


Sekarang rakyat menuntut agar hukum ditegakkan. Tangkap segera Jokowi dan bawa ke pengadilan! Bila penjahat kemanusiaan sekelas Jokowi yang kerap bertemu dengannya saja dia biarkan lolos, bagaimana kalangan bisnis akan percaya bahwa di negeri ini memang masih ada hukum dan keteraturan?


Bila kalangan bisnis saja tidak percaya adanya atmosfir bisnis yang kondusif, bagaimana ekonomi akan tumbuh dan menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia? Indikator ketidakpercayaan ini terlihat jelas dengan rontoknya nilai IHSG dan rupiah setelah Danantara resmi didirikan. Apa para pembisik Prabowo tidak bisa melihat fakta keras ini?


Wahai Prabowo, bangunlah! Hari sudah siang, berhentilah bermimpi. Rakyat sudah muak dan marah. 


Kini para mahasiswa sedang mempersiapkan demonstrasi Indonesia Gelap lanjutan yang tidak kalah besar dengan demonstrasi sebelumnya. Rakyat sedang bangkit menyelamatkan Indonesia agar tidak bubar pada tahun 2030.


Duet Prabowo-Jokowi harus dihentikan agar republik selamat. Penjahat besar kemanusiaan tidak boleh dibiarkan merusak bangsa. 


Bagi rakyat, inilah saatnya menunjukkan cinta pada tanah air dengan turun ke jalan membentuk people power. ***

Komentar

Terpopuler