Perawat AS Masuk Islam usai Lihat Ibu Gaza Gendong Anaknya yang Dibom Israel Masih Ucap Alhamdulillah

- Rabu, 19 Maret 2025 | 16:40 WIB
Perawat AS Masuk Islam usai Lihat Ibu Gaza Gendong Anaknya yang Dibom Israel Masih Ucap Alhamdulillah


Perawat asal Amerika Serikat (AS) bernama Wilhelmi Massay, yang dikenal sebagai Willy Masai, mengumumkan bahwa dia masuk Islam tak lama setelah kunjungannya ke Jalur Gaza, Palestina. Dia telah menjadi relawan di rumah sakit Gaza selama invasi brutal Israel.

Massay mengatakan dalam sebuah podcast bahwa dia telah belajar di sebuah lembaga keagamaan dan ingin menjadi seorang pendeta Katolik, namun, setiap kali dia pergi ke Gaza, dia melihat keimanan orang-orang Palestina.

Dia lantas bertanya pada dirinya sendiri tentang kehidupan dan tentang Tuhan orang-orang Palestina.

“Bayangkan seorang ayah atau ibu menggendong kedua anaknya dalam kantong plastik setelah Israel mengebom anak itu, dan mereka masih berkata, ‘Alhamdulillah!’ Ini adalah keimanan,” paparnya, sebagaimana dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (18/3/2025).

Dia menggambarkan pemandangan tesebut sebagai keimanan yang “tidak dapat dibom oleh Israel”.

Massay adalah salah satu dari lima relawan medis Amerika yang memasuki Jalur Gaza dalam misi medis, di mana dia bertugas di Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan dan di Rumah Sakit Indonesia di utara.

Zionis Israel Terus Langgar Gencatan Senjata

Perang antara Israel dan Hamas di Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 semestinya mereda karena kedua pihak sepakat gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari.

Namun faktanya pasukan Zionis Israel telah membunuh lebih dari 150 warga Palestina di Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan.

Data kematian itu dipublikasikan kantor media pemerintah Gaza pada Sabtu pekan lalu setelah serangan udara Israel di Beit Lahia, utara Gaza, menewaskan sembilan orang, termasuk tiga jurnalis dan para pekerja bantuan kemanusiaan.

"Kami telah memperhatikan peningkatan kejahatan yang disengaja oleh pendudukan [Israel] terhadap warga sipil baru-baru ini, yang menargetkan warga sipil yang sedang mengumpulkan kayu bakar atau memeriksa rumah mereka, yang menyebabkan mereka mati syahid akibat tembakan tentara Israel," tulis kantor media tersebut, yang dilansir The New Arab.

Kantor tersebut mengutuk "pembantaian keji" hari Sabtu di Beit Lahia, dan mengonfirmasi bahwa kru yang menjadi sasaran semuanya adalah warga sipil di daerah yang menjadi tempat penampungan dan mendokumentasikan pekerjaan organisasi amal, dan bukan di daerah terlarang atau menimbulkan ancaman apa pun terhadap tentara pendudukan.

“Serangan tersebut merupakan kelanjutan dari kejahatan perang yang dilakukan oleh pendudukan [Israel] terhadap rakyat Palestina dan peningkatan agresi baru, terutama karena bertepatan dengan pembicaraan eselon politik Israel yang memberi perintah untuk peningkatan militer,” imbuh kantor tersebut.

Tel Aviv telah berkali-kali mengancam akan melanjutkan perang di Gaza sebagai cara untuk menekan Hamas agar menerima persyaratannya dalam pembicaraan gencatan senjata yang dimediasi.

Kesepakatan gencatan senjata–yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir–telah membuat Hamas membebaskan puluhan sandera Israel dan asing dengan imbalan pembebasan ribuan tahanan Palestina.

Namun, sementara Hamas bersikeras memulai diskusi untuk tahap kedua perjanjian tersebut, Israel mengatakan ingin memperpanjang tahap awal yang berakhir pada awal Maret.

Meskipun ada gencatan senjata, Israel terus menyerang warga sipil dan apa yang diklaimnya sebagai anggota Hamas di Gaza.

“Eskalasi ini mencerminkan niat pendudukan yang direncanakan sebelumnya untuk melakukan kejahatan dan mengabaikan hukum dan konvensi internasional," kata kantor media Gaza.

Pernyataan kantor tersebut menunjukkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak hanya memberlakukan blokade di Gaza dan merampas kebutuhan dasarnya, tetapi juga meningkatkan pembunuhan dan penargetan langsung terhadap warga sipil.

Israel telah melarang bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan memasuki daerah kantong Palestina tersebut.

Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant sedang diburu Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan perang di Gaza.

Pemerintah Gaza menolak semua tuduhan Israel dan membantah klaim yang digunakan "untuk membenarkan kejahatannya”, menyerukan kepada Pengadilan Internasional (ICJ) dan ICC untuk mengambil tindakan segera terkait kejahatan yang dilakukan oleh pendudukan dan para pemimpinnya.

Menurut data yang direvisi oleh Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel selama 15 bulan menewaskan lebih dari 60.000 orang di daerah kantong tersebut, sebagian besar wanita dan anak-anak.

Lebih banyak mayat dapat dikubur di bawah reruntuhan. Perang tersebut membuat sebagian besar wilayah Gaza tidak dapat dihuni, menghancurkan infrastruktur penting, dan juga menghancurkan sistem perawatan kesehatannya.

Sumber: sindonews
Foto: Perawat AS Wilhelmi Massay (kanan) masuk Islam setelah melihat keimanan warga Gaza, Palestina, tempat dia menjadi relawan selama invasi brutal Israel. Foto/X/ @WearThePeaceCo

Komentar