Kantor Tempo kembali mendapatkan kiriman teror. Setelah sebelumnya menerima kepala babi tanpa badan, kini enam ekor tikus tanpa kepala dikirim ke kantor media tersebut. Pengamat politik kebangsaan, Rizal Fadillah, menilai bahwa aksi teror ini harus mendapat perhatian serius dari aparat keamanan, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88.
“Kirim enam tikus tanpa kepala ini menunjukkan pola teror yang berlanjut. Sebelumnya kepala babi, sekarang lebih banyak, yakni enam tikus. Ini bukan sekadar aksi iseng, melainkan pesan yang mengandung ancaman,” ujar Rizal Fadillah dalam pernyataannya kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (24/3/2025).
Rizal menilai bahwa pengirim teror ini memiliki kecenderungan menggunakan simbol-simbol binatang yang dianggap kotor dan menjijikkan. “Mereka tampaknya sangat suka dengan dua jenis hewan yang secara umum dikaitkan dengan kotoran dan penyakit, yakni babi dan tikus. Kalau yang pertama mono babi, kini lebih luas, poli tikus,” tambahnya.
Lebih lanjut, Rizal juga menyoroti respons Istana yang dinilainya kurang serius saat Tempo menerima kiriman kepala babi. Menurutnya, reaksi sinis dari Istana menimbulkan kecurigaan bahwa ada pihak yang membiarkan atau bahkan mendukung aksi teror ini.
“Ketika Tempo menerima kiriman kepala babi, Istana merespons dengan nada sinis. Ini menimbulkan tanda tanya besar. Apakah mereka secara tidak langsung mendukung pengirim?” kata Rizal.
Ia juga menyebut bahwa para pengirim teror ini dapat dikategorikan sebagai kelompok yang berbahaya dan harus diusut tuntas. “Mereka adalah tukang penggal kepala. Ini bukan hanya soal simbolis, tapi bisa berujung pada kekerasan nyata jika tidak ditangani dengan tegas.”
Pengiriman hewan-hewan mati ke kantor media dinilai sebagai bentuk intimidasi terhadap kebebasan pers. Rizal Fadillah menegaskan bahwa siapa pun di balik aksi ini, mereka menunjukkan perilaku yang menyerupai hewan pemangsa.
“Kirimlah kepada komunitas kritis kepala babi, tikus tanpa kepala, kecoa, ular, kalajengking, atau apapun. Semua itu hanya bukti bahwa para pengirim adalah hewan yang gemar memangsa sesama. Seolah membenarkan pendapat Aristoteles bahwa manusia adalah zoon politicon, hewan yang berpolitik,” pungkasnya.
Sumber: suaranasional
Foto: Ilustrasi/Net
Artikel Terkait
Viral Seorang Kades di Musi Rawas Digrebek Warga di Rumah Janda
Ojol Cuma Terima Bonus Hari Raya Rp50 Ribu, Asosiasi Sebut Prabowo Kena Tipu Aplikator
Sepak Bola Mempersatukan Kita
Berawal Kenalan di Game Online, 2 Bocah SD Diculik hingga Disetubuhi Remaja