Surat Terbuka: 'Keprihatinan Alumni UGM Atas Dugaan Pemalsuan Ijazah Joko Widodo'
Isu dugaan pemalsuan ijasah Joko Widodo terus bergulir. Banyak bukti-bukti fisik dan uji forensik yang mengarah pada kuatnya dugaan pemalsuan ijasah tersebut.
Wahyudi Nasution, alumni Fakultas Sastra UGM dan merupakan aktivis Sanggar Shalahuddin (1987-1995) menulis surat terbuka kepada Rektor UGM, sebagai bentuk tanggung jawab moral ikut menjaga nama baik UGM.
Berikut kami kutipkan selengkapnya surat terbuka tersebut:
SURAT TERBUKA
Perihal: Keprihatinan Alumni Atas Dugaan Pemalsuan Ijazah a.n. Joko Widodo
Kepada
Yth. Rektor Universitas Gadjah Mada
di Bulaksumur, Yogyakarta
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua.
Dengan penuh rasa hormat dan cinta kepada almamater, saya menyampaikan surat terbuka ini sebagai bentuk keprihatinan mendalam atas isu yang sejak beberapa waktu terakhir beredar luas di masyarakat—yakni dugaan pemalsuan ijazah atas nama Joko Widodo dr yang disebut-sebut sebagai alumni Fakultas Kehutanan UGM.
Isu ini bukan sekadar menyangkut pribadi seorang mantan pejabat negara, namun telah menyeret nama besar Universitas Gadjah Mada ke dalam pusaran opini publik yang penuh prasangka.
Saya yakin Ibu Rektor memahami betapa pentingnya menjaga integritas akademik dan reputasi institusi di tengah era keterbukaan informasi seperti sekarang ini.
Sebagai alumni Fakultas Sastra UGM (kini FIB) yang memiliki hubungan emosional kuat dengan kampus Bukaksumur, saya merasa terpanggil untuk menyampaikan kegelisahan moral.
Saya pernah aktif dalam Sanggar Shalahuddin, sebuah gerakan dakwah Islam melalui seni dan budaya.
Salah satu karya monumental kami adalah pementasan teater “Lautan Jilbab” karya Emha Ainun Nadjib di Gelanggang Mahasiswa UGM, September 1988.
Pementasan ini dihadiri lebih dari 5.000 penonton dan mencetak sejarah, tidak hanya dalam dunia seni pertunjukan kampus, tapi juga dalam pergeseran budaya berpakaian muslimah di Indonesia.
Karya tersebut kemudian kami pentaskan ke berbagai kota, termasuk Malang, Makassar, Madiun, dan Surabaya.
Sebagai bagian dari sejarah intelektual dan budaya kampus, saya merasa bertanggung jawab untuk menjaga nama baik UGM.
Namun, saat isu dugaan pemalsuan ijazah ini terus mencuat—dengan disertai berbagai analisis forensik, kejanggalan administratif, serta pertanyaan publik yang belum terjawab tuntas—maka sikap diam atau klarifikasi sepihak dari institusi justru dapat menimbulkan kesan pembiaran dan melemahkan kepercayaan masyarakat.
Saya tidak bermaksud menghakimi siapapun, namun mengajak UGM untuk menyambut proses pencarian kebenaran ini secara terbuka, bermartabat, dan berani.
Jika memang tidak ada yang disembunyikan, maka seyogianya seluruh dokumen akademik dan administrasi yang relevan dapat diaudit atau ditinjau secara sah dan terbuka, baik melalui jalur hukum maupun mekanisme akademik yang independen.
Karena itu, saya dengan segala kerendahan hati menyampaikan harapan agar:
UGM bersikap terbuka terhadap proses hukum apabila ada gugatan yang diajukan terkait keabsahan ijazah dimaksud.
UGM tidak menghindari transparansi terhadap arsip-arsip akademik yang menjadi dasar penerbitan ijazah atas nama Joko Widodo.
Pimpinan UGM menegaskan komitmen terhadap kebenaran akademik di atas tekanan politik atau kekuasaan.
Semoga surat ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua yang masih mencintai UGM dengan segenap hati, dan ingin melihat kampus kita tetap menjadi mercusuar moral, intelektual, dan kebenaran di tengah zaman yang penuh manipulasi.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Klaten, 8 April 2025
Hormat saya,
Wahyudi Nasution
Alumni Fakultas Sastra UGM,
Aktivis Sanggar Shalahuddin (1987-1995)
Artikel Terkait
Heboh Link Video Elga Puruk Cahu Berdurasi 5 Menit 44 Detik Viral di Media Sosial
Penegakan Hukum Era Prabowo Maju, Tapi Mandek di Oligarki dan Petinggi Koalisi
Amran Sulaiman: Ada Pengamat dari Kampus Ternama bakal Dipenjara
Akhirnya Jokowi Tunjukkan Ijazah Asli dari SD sampai Kuliah UGM, Tapi Kok...