Kunjungan intensif sejumlah menteri loyalis mantan Presiden Joko Widodo ke Solo memantik spekulasi tajam soal masa depan Presiden Prabowo Subianto. Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih, menilai pergerakan politik yang semakin terbuka ini merupakan bagian dari skenario percepatan pengambilalihan kekuasaan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
“Yang sebelumnya dirancang dua tahun, kini sinyalnya bisa saja cukup satu tahun. Ini bukan sekadar spekulasi, ini pola yang sedang berjalan,” ujar Sutoyo dalam keterangannya kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (14/4).
Pernyataan ini memperkuat pernyataan viral pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie yang menyebutkan bahwa Prabowo hanya akan menjabat selama dua tahun. Bahkan, informasi tersebut diklaim berasal dari Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, saat bertemu Connie di awal 2024.
Situasi makin menarik setelah muncul kabar bahwa Pratikno, mantan Menteri Sekretaris Negara, mengumumkan dalam grup WhatsApp Kabinet Indonesia Maju bahwa formasi bayangan kabinet bentukan Jokowi masih eksis dan mengklaim 60 persen dari pos pemerintahan. Para menteri yang sebelumnya berada di bawah komando Jokowi disebut-sebut masih intensif berkonsultasi dengan mantan presiden itu, bahkan setelah pemerintahan baru berjalan.
“Jokowi masih menjadi bos sebenarnya bagi sejumlah menteri di pemerintahan Prabowo,” ungkap Sutoyo.
Sutoyo juga mengingatkan kembali tiga poin krusial dalam pertemuan antara Jokowi dan Prabowo pada 13 Oktober 2024 di Solo. Dalam pertemuan itu, Jokowi diduga menitipkan sejumlah nama untuk masuk kabinet, melarang Prabowo mengganggu program oligarki yang telah disetujui Presiden Tiongkok Xi Jinping, serta mengancam bahwa bila dua hal tersebut dilanggar, ekonomi Indonesia akan dihancurkan oleh kekuatan oligarki.
Sinyal tekanan ini diperkuat oleh pernyataan adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, yang mengaku telah mendeteksi ancaman terhadap nyawa sang presiden. “Sudah ada tanda-tanda ada yang mau mengancam nyawa Pak Prabowo, tapi dia tidak takut,” ucap Hashim saat perayaan Imlek di Auditorium RRI, Februari lalu.
Lebih aneh lagi, publik disuguhi fenomena kidung ‘Hidup Jokowi’ yang digaungkan dalam berbagai acara politik. Sutoyo menyebutnya sebagai fenomena tidak wajar dan menduga adanya pengaruh ilmu gendam atau manipulasi psikologis-politik terhadap Presiden Prabowo.
“Ini bukan sekadar isu transisi kekuasaan biasa. Jika skenario penggantian Presiden Prabowo oleh Gibran benar-benar dipercepat jadi hanya satu tahun, maka itu adalah bentuk kudeta politik yang terstruktur dan sangat berbahaya bagi demokrasi,” tegas Sutoyo.
Dia pun menyerukan agar rakyat dan elite politik menjaga konstitusi dan menolak segala bentuk pengambilalihan kekuasaan yang tidak sah. “Jangan biarkan demokrasi diacak-acak demi ambisi politik pribadi,” pungkasnya.
Sumber: suaranasional
Foto: Ilustrasi Kunjungan Menteri Loyalis Jokowi di Solo/Net
Artikel Terkait
Massa Dikabarkan Geruduk Rumah Jokowi Soal Ijazah Palsu, Hercules: Itu Asli, Jangan Cari Masalah!
6 Fakta Dokter Kandungan Lecehkan Pasien di Garut: Istri dan Banyak Korban Buka Suara
TEKOR! Jika Kalah di Pengadilan, Jokowi Akan Tanggung Utang Negara Rp 7.000 Triliun Karena Jabatannya 2 Periode Tidak Sah
Banyak yang Tersinggung dengan Walid di Series Bidaah, Begini Kata Ustadz Abdul Somad