Cintaku di Kampus Biru, UGM Mbok Ojo Tumindak Saru: 'Suara Alumni Untuk Kebenaran Ijazah Jokowi'
Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes
Cinta terhadap almamater bisa tumbuh dalam berbagai bentuk. Tapi ketika kampus tercinta justru ikut terseret dalam pusaran kontroversi nasional, hati siapa yang tak terguncang?
Sebagai alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) asli, saya merasa terpanggil untuk bersuara.
Judul tulisan ini, Cintaku di Kampus Biru, UGM Mbok Ojo Tumindak Saru, adalah bentuk harapan agar UGM tak ikut terjebak dalam perilaku yang memalukan—baik secara moral maupun akademik.
Kalimat ini saya rangkai dengan campuran bahasa Indonesia dan Jawa, agar harmoni maknanya terasa dalam.
UGM dalam Pusaran Kasus Ijazah Jokowi
Kasus dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi seharusnya tidak menyeret UGM ke dalam pusaran ketidakjelasan.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya: institusi besar ini tampak tidak sistematis, bahkan terkesan amburadul dalam menyampaikan sikap dan narasi resmi.
Hal ini ditegaskan oleh kritik keras dari mantan Rektor UGM, Prof. Dr. Sofian Effendi, yang menyatakan secara blak-blakan: "Tak ada bukti kuat ijazah itu ada."
Pernyataan tersebut bukan hanya menggegerkan, tapi juga memperjelas betapa lemah dan kaburnya klarifikasi dari para pejabat UGM, termasuk dari Rektor Prof. Dr. dr. Ova Emilia, Dekan Fakultas Kehutanan Dr. Sigit Sunarta, hingga kolega seangkatan yang justru semakin memperkeruh suasana.
Foto Ijazah Berwarna dan Blunder Politik
Belum tuntas teka-teki soal ijazah asli, publik dikejutkan dengan unggahan kader partai—anak buah Kaesang Pangarep—yang mempublikasikan "foto ijazah berwarna" dan menyatakan itu adalah bukti keaslian.
Tapi lagi-lagi, blunder tak terelakkan.
Seorang guru besar Fakultas Hukum UGM justru menyebut bahwa ijazah itu memang pernah ada, tapi hilang dan sudah diganti.
Alih-alih menjadi solusi, pernyataan ini mempertegas ketidakkonsistenan dan memunculkan lebih banyak pertanyaan.
Apakah ini representasi UGM yang seharusnya menjadi benteng integritas akademik?
Korban Mulyono dan Hancurnya Logika Hukum
Di tengah kekacauan ini, muncul istilah “Korban Mulyono”—merujuk pada mereka yang berani membuka suara tapi justru dijerat hukum.
Bambang Tri dan Gus Nur, misalnya, alih-alih mendapat perlindungan hukum sebagai pelapor, malah divonis bersalah karena dianggap menyebar kebencian.
Padahal, mereka hanya mengajukan pertanyaan sederhana: "Di mana ijazah itu?" Sayangnya, pertanyaan itu dibalas dengan penjara.
UGM Jadi Korban, Tapi Bungkam
Sebagai lulusan S-1 Komunikasi dan S-2 Public Health UGM, saya merasa pilu.
Kampus biru kebanggaan bangsa justru terlihat seperti “melindungi” sosok tertentu, alih-alih menjadi pelita kebenaran.
Bila UGM berani menginisiasi uji forensik independen atas ijazah tersebut, kebenaran bisa ditemukan dalam waktu singkat. Tapi hingga hari ini, langkah itu tak pernah diambil.
Kampus Biru: Dari Anton Rorimpandey ke Balairung yang Terkoyak
Nama “Kampus Biru” bukan hanya kenangan dari novel legendaris karya Ashadi Siregar (1974) yang difilmkan pada 1976.
Ia adalah simbol kebebasan berpikir dan integritas intelektual. Tapi kini, citra Balairung UGM tercoreng akibat apa yang saya sebut sebagai tumindak saru—perilaku memalukan dari para pejabat kampus.
Terlebih menjelang acara “Halal Bi Halal Istimewa” yang akan digelar Selasa, 15 April 2025.
Alih-alih menjadi momentum rekonsiliasi, justru ada pengalihan arus besar-besaran menuju GSP, Agro, dan Boulevard. Ini bukan sekadar teknis, tapi mencerminkan sikap yang kurang njawani.
UGM Harus Tegakkan Kebenaran, Bukan Lindungi Kekuasaan
Nama besar UGM yang telah berdiri sejak 19 Desember 1949 tidak boleh dikorbankan demi melindungi kebohongan yang belum terbukti kebenarannya.
Jika UGM tetap membungkam suara-suara kritis, maka #IndonesiaMakinGelap bukanlah sekadar tagar, melainkan realitas yang menyakitkan.
Saatnya kampus rakyat berdiri tegak. Jangan biarkan almamater kita menjadi perpanjangan tangan kekuasaan.
Hidupkan kembali semangat Gadjah Mada seperti terlantun dalam hymne kampus: “Kujunjung kebudayaanmu, kejayaan Indonesia.”
Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes
Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen
Yogyakarta, 14 April 2025
Artikel Terkait
Ramai-Ramai Menteri ke Rumah Jokowi Saat Lebaran, Konsolidasi Politik Belakangi Prabowo?
Bisa Bikin Merinding! Misteri Penampakan Kepala Menggelinding di Jalan Grojogan Blora
Pamerkan Bentuk Ijazah UGM, Dokter Tifa Diduga Sentil Jokowi: Ini yang Asli
Ganjar: Tak Boleh ada Matahari Kembar Nanti Pemimpinnya Bingung