Polemik tentang dugaan ijazah palsu mantan Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo atau Jokowi semakin memanas.
Hal ini membuat sejumlah pihak memilih untuk datang langsung ke Universitas
Gadjah Mada (UGM) dan memeriksa sendiri skripsi yang ditulis oleh Jokowi.
Beberapa di antaranya adalah Roy Suryo, dokter Tifa, dan dokter Rismon.
Nama-nama tersebut sebelumnya memang dikenal vokal dalam mempertanyakan
keaslian ijazah Jokowi.
Sesi wawancara Roy Suryo usai bertemu dengan pihak UGM beredar luar di media
sosial, termasuk platform X. Dalam cuplikan video yang dibagikan ulang oleh
akun X @ZulkifliLubis69, Roy Suryo membeberkan bahwa ada beberapa
kejanggalan yang ia temukan saat melihat skripsi Jokowi, salah satunya
adalah tak ada lembar pengesahan dari dosen penguji.
Mulanya, Roy Suryo mengaku bahwa pihaknya hanya diperbolehkan untuk masuk
ruangan sebanyak tiga orang. Sedangkan pihak UGM sendiri menghadirkan 16
orang, termasuk orang-orang yang mengaku sebagai teman satu angkatan saat
berkuliah bersama Jokowi.
Hasil Analisis @SianiparRismon Memperkuat Dugaan Pemalsuan Ijazah @jokowi
— People Power (@ZulkifliLubis69) April 15, 2025
Ini Fakta Saat Kunjungan Ke @UGMYogyakarta nya. pic.twitter.com/kMlaz31EQb
"Tadi yang bisa masuk hanya tiga orang, (yaitu) saya, dokter Rismon, dan
dokter Tifa. Memang pada saat kami masuk ke dalam, terus terang kami kaget.
Karena kami hanya diterima lima orang, dan kemudian akhirnya hanya tiga
orang, dan di dalam itu ada 16 orang. Jadi ada dua Wakil Rektor, Pak Sigit,
kemudian ada juga profesor, lalu ada sekitar 10 orang yang dulu katanya
kawan seangkatan Jokowi," kata Roy Suryo.
Dalam pertemuan tersebut, Roy Suryo mengaku memang terjadi perdebatan yang
cukup sengit dan membuat suasana memanas karena pihaknya hanya ingin melihat
skripsi milik Jokowi.
"Yang jelas begini, pertemuan berlangsung cukup singkat dan sempat timbul
eskalasi yang agak sempat meninggi. Hampir saja kami walk out, karena agak
meninggi akibat sahut-sahutan debat, tapi itu biasa. Intinya begini, kami
tadi ingin lihat skripsinya Pak Jokowi," jelasnya.
Menurut Roy Suryo, pihak UGM menolak karena merasa skripsi adalah sesuatu
yang bersifat privasi dan melanggar Undang-undang Keterbukaan Informasi
Publik. Sebagai salah satu orang yang membuat undang-undang tersebut, Roy
Suryo menegaskan bahwa skripsi termasuk sesuatu yang diperbolehkan untuk
diperlihatkan.
"Sempet ada yang menjawab dari sekretaris UGM, 'itu kan melanggar
undang-undang keterbukaan informasi'. Saya bilang, 'yang bikin Undang-undang
keterbukaan informasi, yang mengesahkan di DPR itu saya'. Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2008 itu membolehkan setiap orang untuk melihat skripsi karya
orang lain, itu nggak boleh dilarang," tambahnya.
Pada akhirnya, pihak UGM pun memperlihatkan skripsi milik Jokowi dan Roy
Suryo mengaku sudah memotretnya.
Tetapi menurut Roy Suryo, skripsi tersebut memiliki keanehan. Salah satu
yang paling mencolok adalah perbedaan jenis ketikan.
"Akhirnya tadi ditunjukkan dan memang benar apa yang sudah disampaikan oleh
dokter Rismon. Yang jelas, skripsinya Jokowi itu memang ada perbedaan
ketikan antara ketikan batang tubuh itu diketik dengan mesin ketik biasa,
dan di depan itu dengan cetakan yang tidak pada jamannya," terangnya.
Lebih lanjut, skripsi milik Jokowi juga tidak memiliki lembar pengesahan
dari dosen penguji. Padahal, lembar pengesahan tersebut berfungsi sebagai
bukti bahwa karya ilmiah telah disetujui dan memenuhi standar yang berlaku
serta orisinal dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Dan pada lembar pengesahan, itu tidak ada lembar pengesahan dari dosen
pengujinya. Meskipun dosen pengujinya bisa disebutkan tadi oleh
kawan-kawannya, tapi faktanya nggak ada," imbuhnya.
Roy Suryo menyayangkan bahwa universitas seperti UGM dengan peringkat
Keterbukaan Informasi Publik yang tinggi justru bersikap seperti itu.
"Terus terang, kami masih kaget. UGM yang konon mendapatkan predikat ranking
dua untuk Undang-undang Keterbukaan Informasi, ketika kami datang,
skripsinya saja belum disiapkan tadi. Jadi harus diambilkan dulu, padahal
kan waktunya singkat. Jadi, hal-hal itu kita cukup menyayangkan,"
sambungnya.
Sumber:
suara
Foto: Tangkap Layar [Youtube Abraham Samad SPEAK UP]
Artikel Terkait
[INFO] Wapres Gibran Ajak Generasi Muda Berani Buat Terobosan: Harus Bisa Beradaptasi & Manfaatkan Peluang!
Viral Video Warga Bongkar Sarang Tikus di Balik Keramik Berisi Uang Tunai Rp22 Juta
Wpsora: Menyediakan Solusi Digital untuk Bisnis Modern di Indonesia
Gesekkan Anu hingga Chat Mandi Bareng, Pegawai Wanita Polisikan Anggota Dewan Jakarta Barat