Bongkar Ijazah Palsu? Begini Cara Kerja Forensik Dokumen!

- Jumat, 25 April 2025 | 23:30 WIB
Bongkar Ijazah Palsu? Begini Cara Kerja Forensik Dokumen!


Bongkar Ijazah Palsu? Begini Cara Kerja Forensik Dokumen!


Oleh: Iskandar Sitorus

Sekretaris Pendiri Indonesian Audit Watch (IAW)


Pernah dengar soal ijazah dipertanyakan keasliannya? Atau malah ada yang mengaku lulusan kampus ternama, tapi ijazahnya bikin geleng-geleng kepala? 


Jangan salah, di balik secarik kertas ijazah, ada teknologi forensik canggih yang bisa membongkar apakah itu asli atau abal-abal.


IAW, mau ajak Anda jalan-jalan sebentar ke dunia forensik dokumen. Nggak ribet kok, tapi dijamin bikin kita lebih melek soal cara memeriksa ijazah!


1. Kertas Bukan Sembarang Kertas!


Ijazah asli itu nggak dicetak di kertas fotokopian biasa. Di laboratorium forensik, kertas ijazah diperiksa pakai mikroskop buat ngintip seratnya.


Biasanya, serat katun atau linen jadi bahan utama, bikin kertas lebih awet. Kalau kertasnya cuma dari pulp kayu, wah, patut curiga!


Terus, ada watermark (tanda air) tersembunyi. Diterawang pakai lampu, biasanya ada logo kampus atau pabrik kertasnya (jaman dulu kayak Paberik Kertas Leces atau Padalarang). Kalau kertas polos-polos aja? Bahaya!


Nah, pakai sinar UV juga bisa kelihatan. Kertas lama (asli) nggak bakal menyala biru terang, sementara kertas palsu—karena pakai bahan pemutih optik—langsung cling kayak lampu neon.


2. Tinta, Cap, dan Cetakan: Semua Bicara


Jangan salah, tinta cetak ijazah asli itu beda kelas. Dites pakai spektrometer inframerah (FTIR), bakal kelihatan komposisi kimianya.


Tinta offset zaman dulu beda banget sama tinta printer zaman now. Kalau nemu tinta printer di ijazah tahun 80-an? Red flag!


Tinta tanda tangan juga bisa diperiksa pakai chromatography buat ngintip umur tintanya.


Ada teknik namanya ink aging, yang bisa ngebantu memperkirakan usia tinta dari degradasi kimia.


Kalau tinta masih muda, tapi ijazahnya bilang terbit tahun 1985? Fix curiga!


Jangan lupa cap stempel merah. Di lab, kita pakai microspectrophotometer buat lihat serapan tinta ke dalam serat kertas.


Cap asli bakal meresap, sedangkan cap palsu (hasil print) cuma numpang lewat di permukaan.


3. Meterai? Jangan Cuma Lihat Harga!


Meterai tempel Rp500 hijau di ijazah lama? Itu harus ada watermark Garuda, serat pengaman, dan tekstur kasar. Pakai UV light, semua ini langsung kelihatan.


Cap postmark di atas meterai juga harus meresap, bukan sekadar gambar digital.


4. Font dan Layout: Ada Standarnya!


Font di ijazah tahun 80-an pakai yang klasik, semacam Times New Roman atau Garamond.


Printer modern sering pakai font yang beda tipis, tapi mata ahli forensik bisa nangkep.


Spasi antar huruf juga dicek, karena mesin tik atau offset printing zaman dulu lebih konsisten dibanding printer masa kini.


5. Foto Pemilik? Ada Triknya!


Foto ijazah lama dicetak di kertas foto berbahan gelatin perak.


Kalau diperiksa pakai UV, nggak bakal mantul terang kayak kertas foto digital.


Trus, cap stempel di atas foto harus meresap ke kertas foto. Kalau cuma nempel di atas permukaan licin? Waduh, siap-siap!


6. Alat Canggih di Balik Semua Ini


Di balik semua uji forensik itu, ada peralatan canggih:


- Mikroskop elektron

- Spektrometer IR/UV-Vis

- Chromatography (TLC/HPLC)

- Electrostatic Detection Apparatus (ESDA) buat cek bekas tekanan tulisan (kalau ada yang ditimpa)

- Raman Spectroscopy sampai X-Ray

- Fluorescence (XRF) buat lihat komposisi tinta & logam.


Intinya?


Ijazah asli bicara lewat kertas, tinta, cap, meterai, sampai fotonya. Semua elemen itu harus sesuai teknologi di zamannya. 


Kalau ada satu aja yang nggak nyambung, misalnya ijazah 1985 tapi tinta atau kertasnya modern, bisa dipastikan bermasalah.


Nah, kalau ada ijazah yang bikin Anda garuk-garuk kepala, jangan ragu pakai metode forensik ini.


Karena di era digital kayak sekarang, pemalsuan makin canggih, tapi forensik dokumen selalu satu langkah lebih maju!


***


Sumber: PorosJakarta

Komentar