MURIANETWORK.COM - Aura Cinta tiba-tiba langsung menjadi sorotan setelah video debat dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi muncul di media sosial. Video tersebut menarik perhatian banyak orang, karena keduanya terlibat dalam diskusi sengit terkait kebijakan baru pemerintah yang melarang wisuda.
Dalam pertemuan pada Minggu, 27 April 2025, Aura, yang baru saja kehilangan tempat tinggal akibat penggusuran, mengkritik kebijakan tersebut. Dalam kesempatan itu, ia berargumen tentang pentingnya perpisahan sekolah meskipun dirinya tengah menghadapi masalah pribadi yang besar.
Dedi Mulyadi, yang hadir dalam pertemuan tersebut, menanggapi kritik Aura dengan mempertahankan kebijakannya. Pada saat yang sama, ia memberikan solusi alternatif bagi mereka yang merasa keberatan dengan kebijakan itu.
Ketegangan antara keduanya mencuat lebih lanjut setelah Dedi menyatakan bahwa kenangan indah di sekolah bukan hanya tercipta dari acara perpisahan, tetapi dari pengalaman belajar yang berlangsung selama bertahun-tahun. Nah, berikut sosok Aura selengkapnya.
Sosok Aura Cinta
Berdasarkan informasi yang didapat, Aura merupakan lulusan dari SMA Negeri 1 Cikarang Utara. Ia dan keluarganya termasuk dalam kelompok yang terkena dampak penggusuran di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Aura berasal dari keluarga yang sederhana, di mana ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, dan ayahnya bekerja sebagai wiraswasta. Setelah kehilangan rumah akibat penggusuran, ia mengungkapkan bahwa keluarganya masih membutuhkan bantuan finansial.
Meskipun dalam keadaan sulit, Aura tetap berusaha menyuarakan pendapatnya terkait larangan wisuda, yang menurutnya merupakan simbol penting dari kebersamaan dan pencapaian bersama. Dalam salah satu kesempatan, Aura dengan tegas menyampaikan pendapatnya tentang wisuda.
"Ini bukan soal biaya atau kemewahan, ini soal penghargaan terhadap apa yang telah kami capai bersama sebagai simbol kebersamaan yang tak bisa diulang,” ujarnya.
Meskipun demikian, Dedi Mulyadi tetap pada pendiriannya untuk tidak mengizinkan acara wisuda dilakukan di sekolah. Menurutnya, kenangan yang paling berharga di sekolah tercipta selama proses belajar yang berlangsung selama tiga tahun, bukan hanya melalui acara perpisahan.
Saat mengungkapkan ketidakadilan atas kebijakan ini, Dedi menawarkan solusi lain. Ia menyarankan agar perpisahan tetap bisa dilakukan, namun secara mandiri tanpa melibatkan sekolah, guna meringankan beban guru dan kepala sekolah yang sering tertekan oleh masalah pungutan.
"Kumpul-kumpul aja sama teman. Tapi jangan bawa-bawa sekolah," ujar Dedi sebagai solusi alternatif.
Dalam kesempatan itu, Dedi juga memberikan kritik mengenai prioritas dalam menyampaikan keluhan. Ia menekankan bahwa lebih penting untuk mengkritik kebijakan yang langsung mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat, daripada hanya fokus pada masalah seremonial seperti wisuda.
"Banyak rakyat miskin, nggak punya rumah lagi, rumahnya di bantaran kali, tapi sekolahnya gaya-gayaan ada wisuda," sindir Dedi.
Sumber: ntvnews
Artikel Terkait
Mengejutkan! Usulan Pergantian Wapres Terus Bergulir, Gibran Bakal Diganti Puan? Ini Kata Petinggi PDIP!
Negara Yang Dipimpin Oleh Pembaca Komik: Pengakuan Jujur Gibran Tidak Suka Membaca
Jika Punya Adab, Jokowi Tak Sering Tampil Setelah Pensiun
Berenang di Sungai, Bocah 10 Tahun di Kutai Timur Kaltim Tewas Diterkam Buaya