murianetwork.com - Seorang pemain bola asal Israel, Sagiv Yehezkel, sedang menghadapi masalah besar di Turki setelah ia ditangkap dan diinterogasi oleh polisi setempat.
Pemain yang memperkuat klub Antalyaspor di Super Lig Turki ini dituding "menimbulkan kebencian" karena menampilkan pesan pro-Israel saat merayakan gol.
Dikutip dari Marca.co, Rabu (17/1/2024), Yehezkel memicu kontroversi ketika ia mencetak gol penyeimbang untuk Antalyaspor dalam pertandingan melawan Trabzonspor.
Baca Juga: Rekrutmen 2,3 Juta ASN 2024 Fokus Cari Talenta Digital, Ini 4 Kemampuan yang Dibutuhkan
Saat selebrasi, ia membuka perban di tangannya dan memperlihatkan tulisan "100 hari - 10/07" yang diduga merujuk pada durasi penyanderaan warga Israel oleh Hamas di Gaza.
Tindakan Yehezkel langsung mendapat kecaman. Pelatih Antalyaspor, Sergen Yalcin, langsung menariknya keluar lapangan hanya 10 menit setelah gol penyeimbang tersebut.
Tidak hanya itu, klub Antalyaspor juga resmi memecat Yehezkel karena dianggap "bertindak melawan nilai-nilai negara" dan "merusak citra klub".
Baca Juga: Tampil Serba Minim, Konsep Foto Album Baru (G)I-DLE Dicap Plagiarisme
Kasus ini tidak berhenti sampai di situ. Kejaksaan Antalya membuka penyelidikan terhadap Yehezkel atas dugaan "penghasutan publik untuk kebencian" terkait aksinya di lapangan.
Menteri Kehakiman Turki, Yilmaz Tunç, bahkan ikut turun tangan dan menyatakan, "Kejaksaan Antalya telah membuka penyelidikan terhadap pesepakbola Israel Sagiv Yehezkel atas tuduhan penghasutan publik untuk kebencian terkait selebrasi kebenciannya yang mendukung pembantaian Israel di Gaza".
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi hingga 4 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia
Setelah dibebaskan dari penahanan, Yehezkel mencoba meluruskan niatnya. Ia mengklaim tidak bermaksud memprovokasi atau mendukung kekerasan, melainkan berharap agar perang segera berakhir.
"Saya tidak bermaksud memprovokasi siapapun. Saya tidak mendukung perang. Ada warga Israel yang disandera di Gaza," katanya kepada kanal televisi NTV yang mengaku mendapat akses ke interogasi oleh polisi.
"Saya tidak pernah tidak menghormati siapapun sejak berada di Turki. Saya hanya ingin perang ini berakhir. Itulah mengapa saya menunjukkan pesan tersebut."
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: indotren.com
Artikel Terkait
Dituding Bukan Wanita, Petinju Aljazair Imane Khelif Menangis: 'Allah Bersama Saya, Allahu Akbar'
Kontroversi Olimpiade Paris: Izinkan Atlet Transgender Ikut Tinju Wanita, Lawan Auto Babak-belur!
Raih Medali Perak, Gaya Santai Atlet Penembak Turki Jadi Sensasi di Olimpiade Paris 2024
Belal Muhammad, Petarung Palestina Pertama yang Raih Gelar Juara UFC