Demo Tolak UU TNI di Malang Ricuh, Tim Medis Jadi Sasaran Kekerasan Aparat: Dipukuli & Diancam

- Senin, 24 Maret 2025 | 05:05 WIB
Demo Tolak UU TNI di Malang Ricuh, Tim Medis Jadi Sasaran Kekerasan Aparat: Dipukuli & Diancam


MURIANETWORK.COM -
Trending demo Malang tolak UU TNI berakhir ricuh di depan Gedung DPRD Kota Malang pada  Minggu (24/3/2025) malam. 

Hingga Senin (25/3/2025) pagi demo Malang masih menjadi trending topic paling populer di X dengan berbagai postingan terkait aksi kekerasan aparat hingga korban massa aksi yang berjatuhan.  

Salah satu yang menjadi sorotan warganet di X adalah tim medis yang diduga ikut jadi sasaran kekerasan diduga dilakukan oleh aparat. 

'Ini Polisi bagaimana? Nggak pernah di-briefing apa polisi yang amankan Demonstran? bahwa saat aksi Demo ada tim Medis tidak boleh DIGANGGU mereka hadir untuk kemanusiaan. INI DI MALANG MALAH DI TANGKAPIN ITU BAGAIMANA! Duh Malang bener ini nasibnya Malang' tulis @Jateng_Twit

'Demo di DPRD malang chaos saat ini. medis dipaksa bubar, dipukulin hingga ditendangin. massa mulai ditangkap. kapolresta turun. TNI lempar batu. salah satu warga malang menyerahkan massa ke polisi' tulis @tanyarlfes

Aliansi Suara Rakyat (ASURO) menyebut terjadi kekerasan fisik maupun kekerasan verbal saat aparat melakukan penyisiran, membubarkan massa aksi.

Melalui rilis, ASURO bahkan menyebut sejumlah Tim medis, pers dan pendamping hukum yang bersiaga di Halte Jl. Kertanegara juga mendapati pemukulan dan kekerasan verbal.

Disebutkan, pasca-terjadi kericuhan, massa aksi mulai dibubarkan sekitar pukul 18.40 WIB.

Aparat Kepolisian bersama dengan TNI mulai melakukan penyisiran dan memukul mundur massa di sekitaran Balai Kota Malang, Jl. Suropati, Jl. Sultan Agung hingga Jl. Pajajaran. 

Aparat berpakaian lengkap dan membawa alat pemukul melakukan penyisiran melalui Jl. Gajahmada.

Sejumlah massa aksi yang sudah menyelamatkan diri di-sweeping, dipukul dan dibawa oleh aparat berpakaian preman. 

"Sejumlah massa aksi ditangkap, dipukul dan mendapatkan ancaman. Tim medis, pers dan pendamping hukum yang bersiaga di Halte Jl. Kertanegara juga mendapati pemukulan, kekerasan seksual dan ancaman pembunuhan (verbal)."

"Sejumlah gawai massa aksi dan tim medis dirampas, begitu pula dengan alat kelengkapan medis. " demikian rilis yang disampaikan ASURO, Minggu (23/3/2025) malam.

Hingga pukul 21.25 WIB, dikabarkan ada sekitar 6 sampai 7 orang massa aksi yang dilarikan ke rumah sakit.

Selain itu dilaporkan ada sekitar 10 orang massa aksi yang hilang kontak dan diketahui ada 3 orang yang diamankan petugas.

Sebelumnya, Kasi Humas Polresta Malang Kota, Ipda Yudi Risdiyanto mengungkapkan adanya aparat yang mengalami luka-luka .

"Iya benar, ada 7 personel yang terluka. Terdiri dari 6 anggota polisi dan satu orang TNI," pungkasnya.

Pos dibakar


Sejumlah kerusakan di Gedung DPRD Kota Malang juga didapati pasca-aksi demo tolak UU TNI.

Dari kerusakan yang terjadi, yang paling mencolok adalah bangunan pos gedung DPRD Kota Malang karena satu pos dibakar massa dan satu pos lainnya rusak berat.

"Yang terbakar itu pos di sebelah kiri, dan itu buat tempat menyimpan barang-barang bekas" ungkap Wakil Ketua DPRD Kota Malang, Rimzah, yang turun meninjau lokasi kericuhan. 

"Memang, kondisinya agak parah dan kami bersama teman-teman di Sekwan akan hadir semua (mengecek kerusakan yang terjadi)," sambungnya. 

Baca juga: DAFTAR Lengkap Tuntutan Demo Mahasiswa Tolak Revisi RUU TNI di Gedung DPR:Mengembalikan TNI ke Barak

Kericuhan itu menyebabkan beberapa kerusakan di sisi kiri gedung DPRD Kota Malang.

Termasuk dua pos juga menjadi sasaran massa, dimana satu pos terbakar dan satu pos lainnya rusak berat.

Rimzah yang turun langsung ke lokasi, menyayangkan adanya kejadian tersebut. 

Menurutnya, pihak DPRD Kota Malang selalu terbuka menampung serta mendengarkan aspirasi masyarakat.

"Kami telah siap menerima audiensi, dan semua fraksi juga sudah mendapat arahan. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk duduk bersama," ujar Rimzah, Minggu (23/3/2025).

Dirinya mengungkapkan pada intinya, DPRD Kota Malang berpegang pada prinsip untuk membangun ruang dialog bersama

Namun belum sempat bertemu langsung dengan massa aksi, ternyata situasi berubah jadi kacau dan anarkis.

"Sebenarnya dari tadi siang, kami sudah siap. Ternyata, suasananya tidak kondusif," tambahnya.

Rimzah juga mengapresiasi langkah cepat yang dilakukakan oleh polisi dan TNI. Sehingga, aksi anarkis itu tidak semakin memburuk.

"Saya baru saja berbuka puasa, dapat kabar dari teman-teman di kepolisian dan langsung turun ke lokasi. Saya mengapresiasi TNI-Polri yang cepat menangani situasi ini, sehingga tidak semakin memburuk," ungkapnya.

Sebelumnya, massa aksi sempat melemparkan dua bom molotov dan beberapa kali petasan ke arah Gedung DPRD Kota Malang pada pukul 18.18 WIB.

Bom molotov yang dilemparkan terlihat mendarat tepat di teras depan Gedung DPRD Kota Malang hingga mengeluarkan kobaran api.

Beruntung kobaran api tidak berlangsung lama karena langsung dipadamkan petugas Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Malang yang berjaga di lokasi.

Massa aksi juga sempat membakar seragam loreng TNI sebagai simbol penolakan UU TNI.

Mereka juga merusak pos jaga dan membakar berbagai barang rongsokan di depan gedung DPRD Kota Malang.

Meluapkan keresahannya, massa juga mencoret-coret kapur dan cat semprot di aspal yang berisi tuntutan penolakan UU TNI.

Selain itu, mereka juga memasang spanduk dan menempelkan selebaran bertuliskan hal yang sama di pagar tembok gedung DPRD Kota Malang.

Berbagai kata-kata menarik ditulis oleh massa aksi, seperti “Supremasi Sipil”, “Gusti Mboten Sare”, dan “Reneo Orba Orde Baru Paling Baru”.

Terpantau hingga pukul 18.38 WIB, massa yang berkumpul masih bertahan dan aksinya semakin memanas.

Sumber: tribunnews

Komentar