Anies Baswedan, Rocky Gerung, Sukidi dan Eep Dalam Satu Meja, Publik: Daging Semua, Pemerintah Omon-Omon Mana Ngerti!

- Senin, 24 Februari 2025 | 12:55 WIB
Anies Baswedan, Rocky Gerung, Sukidi dan Eep Dalam Satu Meja, Publik: Daging Semua, Pemerintah Omon-Omon Mana Ngerti!




MURIANETWORK.COM - Mantan Gubernur DKI Jakarta baru-baru ini bertemu dengan Rocky Gerung dalam sebuah podcast. 


Pada kesempatan tersebut, keduanya melakukan banyak diskusi, salah satunya adalah ketimpangan yang terjadi pada masyarakat Indonesia.


Dalam cuplikan video yang dibagikan ulang oleh akun X @ Mdy_Asmara1701, Anies Baswedan mengatakan bahwa ketimpangan bermula dari sulitnya akses pendidikan. 


Menurut Anies Baswedan, hasil dari pendidikan tidak dapat dilihat dalam jangka waktu pendek sehingga harus diterapkan sedini mungkin.


"Ketimpangan itu dimulai dari pendidikan. Jadi saya melihat hari ini dalam jangka panjang, kita harus bereskan akses pada pendidikan. Dalam jangka pendek, akses kepada kesempatan ekonomi. Nah yang saya khawatir, soal pendidikan ini nggak jadi perhatian serius. Kenapa? Karena pendidikan itu hasilnya itu nampaknya satu generasi," ucap Anies Baswedan.


Ia kemudian membandingkannya dengan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, kebijakan yang terkait dengan ekonomi akan melihat hasil yang lebih cepat jika dibandingkan dengan pendidikan.


"Kalau ekonomi, intervensi hari ini, angkanya pertengahan tahun kelihatan, akhir tahun kelihatan. Nah ini tidak. Bagi yang berada di wilayah politik, melakukan intervensi di pendidikan, nggak bisa diklaim di Pemilu besok," tambahnya.


Hal tersebut pun disetujui oleh Rocky Gerung dan sejumlah narasumber lainnya yang hadir dalam podcast tersebut.


"Ketimpangan di dalam negeri. Ketimpangan itu dimulai dari pendidikan," tulis pemilik akun.


Unggahan tersebut pun menuai beragam respons dari pengguna X lainnya. 


Tak sedikit warganet yang membandingkannya dengan kebijakan pemerintah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming saat ini. 


Melihat efisiensi anggaran yang diberlakukan, sejumlah dana pendidikan pun turut dipangkas. 


Hal itu rupanya membuat sebagian besar publik geram dan menyebut pemerintahan kali ini hanyalah omon-omon, istilah yang pernah digunakan Prabowo Subianto.


"Prabowo mana nyampe... cuma bisa omon-omon," komentar @aha*


"Intinya cuma satu, pendidikan yang baik tidak menguntungkan menurut politik, semakin warganya pintar, semakin sulit diarahkan untuk kepentingan politik karena ia akan menjadi kritis dalam pemikiran, miris tapi itu menurut pandangan saya," tambah @dhan*_***


"Di pemerintahan sekarang, pendidikan dianggap nggak penting karena hanya jadi prioritas pendukung," sahut @ds_


"Padahal kalau rakyat pendidikannya maju dan bermutu, dengan sendirinya lambat laun ekonomi bertumbuh," timpal @omar****


"Seperti inilah seharusnya standar pemimpin Indonesia. Bukan sekadar omon-omon," sambung @arieha******


👇👇


[VIDEO]




Sekilas tentang empat tokoh tersebut:


Anies Baswedan


Anies Baswedan lahir pada 7 Mei 1969, di Kuningan, Jawa Barat. Ia adalah seorang akademisi, aktivis, dan politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dari tahun 2017 hingga 2022.


Anies menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan kemudian melanjutkan studinya di Universitas Maryland, Amerika Serikat, serta Universitas Illinois, Amerika Serikat.


Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Anies pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Kerja Presiden Jokowi, serta pendiri program Indonesia Mengajar.


Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies banyak berjuang untuk masyarakat akar rambut. Menurutnya, kesetaraan dan keadilan hal yang urgent untuk diperjuangkan.


Eep Saefulloh Fatah


Eep Saefulloh Fatah adalah seorang ahli ilmu politik. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Laboratorium Ilmu Politik (LIP) FISIP UI.


Selain itu, Eep Saefulloh Fatah juga merupakan Founder dan CEO PolMark Indonesia, sebuah konsultan pemasaran politik.


Ia pernah menempuh S1 hingga S3 Ilmu Politik di Universitas Indonesia (UI). Ia kini menjadi salah satu orang yang paling kritis terhadap pemerintah Prabowo Subianto, mau pun sebelumnya yakni pemerintahan Presiden Jokowi.


Sukidi


Sukidi Mulyadi, atau yang lebih akrab dengan panggilan doktor Sukidi, adalah seorang cendekiawan Muhammadiyah. Ia adalah anak seorang petani dari Sragen, Jawa Tengah.


Ia menyelesaikan program doktoralnya dari Universitas Harvard di bidang Kajian Islam dengan disertasi berjudul “The Gradual Qur’an: Views of Early Muslim Commentators”.


Sukidi adalah tokoh pemikir kebangsaan. Saat Jokowi masih berkuasa, ia salah satu tokoh yang tulisan-tulisan menjadi rujukan banyak pihak. 


Tulisan yang paling terkenal adalah berjudul: Pinokio Jawa. Dalam artikel itu, ia mengkritik Jokowi sebagai pemimpin yang suka berbohong.


Rocky Gerung


Rocky Gerung adalah pengamat politik yang tajam. Ia lahir pada 20 Januari 1959 di Manado, Sulawesi Utara. 


Rocky menempuh pendidikan di Universitas Indonesia, jurusan filsafat, dan lulus pada tahun 1986.


Rocky dikenal sebagai kritikus, terutama selama masa pemerintahan Presiden Jokowi. Ia juga merupakan salah satu pendiri lembaga Setara Institute, sebuah lembaga pemikir yang fokus pada demokrasi dan hak asasi manusia.


Sebagai seorang filsuf, Rocky memiliki minat pada filsafat feminisme dan telah menulis beberapa artikel tentang topik tersebut. Ia juga mengajar di UI sebagai dosen hingga tahun 2015.


Rocky Gerung dikenal karena pandangannya yang kritis terhadap pemerintahan dan kemampuannya dalam menganalisis isu-isu politik dan sosial. 


Ia merupakan salah satu suara yang paling vokal dan berpengaruh dalam komunitas intelektual dan aktivis di Indonesia. 


Sumber: Suara

Komentar