MURIANETWORK.COM - Dalam dinamika politik Indonesia, konflik antara Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo menjadi sorotan utama.
Rocky Gerung, seorang intelektual yang kerap memberikan analisis kritis, melihat perseteruan ini sebagai bagian dari strategi pengendalian politik yang dilakukan oleh Jokowi.
Peristiwa di Magelang, di mana para gubernur dan bupati dikumpulkan oleh Presiden, menjadi titik tolak dalam membaca arah politik nasional.
Rocky menyoroti bahwa pengendalian politik yang dilakukan oleh Jokowi bertujuan untuk menegakkan hierarki kekuasaan.
Namun, di sisi lain, netizen menafsirkan reaksi PDIP sebagai bentuk pembangkangan.
Istilah “pembangkangan” dalam konteks ini sebetulnya merujuk pada reaksi Megawati terhadap intervensi Jokowi yang mendorong publik untuk melihat dirinya sebagai sosok yang menentang Prabowo Subianto.
Dengan kata lain, Jokowi sedang memainkan strategi memecah belah sebelum ada klarifikasi dari pihak-pihak terkait.
Prabowo sendiri terlihat tidak bereaksi terhadap dinamika ini, meskipun ada pihak-pihak dalam lingkarannya yang dekat dengan Megawati.
Dalam hal ini, Megawati tampaknya telah dilobi oleh utusan Prabowo agar tetap menjaga hubungan baik dengan Jokowi.
Artinya, ada negosiasi tingkat tinggi yang terjadi di balik layar, yang menunjukkan kebijaksanaan Megawati dalam memahami situasi politik yang ada.
Lebih lanjut, Rocky melihat pemanggilan para kepala daerah ke Magelang bukan sekadar agenda pengayaan kapasitas, melainkan sebuah upaya untuk kembali mengendalikan pemerintahan secara tersentralisasi.
Prabowo tampaknya ingin menciptakan tradisi baru dalam tata kelola pemerintahan, meskipun ada kekhawatiran bahwa hal ini bisa menjadi alat untuk menegaskan sentralisasi kekuasaan.
Dalam melihat konflik ini, penting untuk menempatkan Megawati dalam konteks relasinya dengan Jokowi.
Sejak awal, Jokowi tampak berupaya mencari perdamaian dengan Megawati, namun berbagai pendekatan yang dilakukan—termasuk melalui tokoh-tokoh tertentu—tidak membuahkan hasil.
Akhirnya, Jokowi mengambil langkah berisiko dengan mendahului pernyataan bahwa Megawati menentang Prabowo, sebuah manuver politik yang dimaksudkan untuk menciptakan kesan bahwa Megawati adalah pihak yang “balelo” dalam dinamika politik nasional.
Namun, strategi Jokowi ini terbaca oleh Megawati dan Prabowo, yang akhirnya berkomunikasi untuk meredam potensi konflik lebih lanjut.
Keputusan Megawati mengirimkan perwakilannya ke Magelang menunjukkan bahwa ia tidak ingin terjebak dalam skenario yang dirancang oleh Jokowi.
Dengan demikian, rencana Jokowi untuk memecah belah tampaknya tidak berhasil sepenuhnya.
Pada akhirnya, pertarungan politik antara Megawati dan Jokowi akan terus menjadi bagian dari lanskap politik Indonesia.
Prabowo, dengan sikap bijaknya, berusaha meredam ketegangan ini agar transisi pemerintahan berjalan tanpa hambatan besar.
Namun, dalam jangka panjang, narasi politik yang dimainkan Jokowi dan Megawati akan terus berkembang, dan kita akan menyaksikan bagaimana skenario ini berlanjut hingga Pemilu 2029.
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Presiden Prabowo Bertanya: Yang Melihat Indonesia Gelap Itu Siapa?
KISAH Dosen UGM Penyokong Demonstrasi Indonesia Gelap
Prabowo Membungkuk ke Jokowi Tapi Tidak ke SBY, Elite PDIP: Paham Kan Siapa Tuannya?
VIRAL Momen Puan Maharani Membungkuk dan Tertawa Saat Bertemu Jokowi