HALLO.DEPOK.ID - Analisis Kritis Program Prabowo Gibran: Uang Tunai atau Makanan Gratis, Apa yang Lebih Membantu Masyarakat?
Seiring dengan semakin dekatnya pemilihan, program-program capres-cawapres menjadi sorotan utama masyarakat.
Salah satu yang menarik perhatian adalah program perbaikan gizi dari paslon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka atau Prabowo-Gibran, yang menawarkan susu dan makan siang gratis.
Menanggapi program tersebut, ekonom senior Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengungkapkan pandangannya dalam sebuah wawancara dengan mantan Ketua KPK Abraham Samad.
Pernyataan Faisal Basri mengundang pertanyaan kritis tentang keberlanjutan dan efektivitas program ini.
Baca Juga: Inilah Elektabilitas Terbaru Pilpres 2024! Prabowo Lebih Unggul?
1. Program Capres-Cawapres sebagai Daftar Keinginan:
Menurut Faisal Basri, program-program saat ini terkesan sebagai daftar keinginan.
Memberikan makan gratis kepada seluruh anak sekolah dan susu gratis dinilai sebagai pendekatan sentralistik yang perlu dikaji lebih lanjut.
2. Kritik terhadap Keterlibatan Partai sebagai Vendor:
Faisal Basri menciptakan skenario yang cukup kontroversial, mengkhawatirkan kemungkinan kader partai menjadi vendor penyedia makan siang gratis.
Analisisnya menyoroti potensi konflik kepentingan dan meragukan keberlanjutan program.
3. Tantangan dalam Meningkatkan Daya Beli:
Dalam pandangan Faisal Basri, langkah yang lebih konstruktif adalah meningkatkan daya beli masyarakat miskin dengan memberikan bantuan berupa uang.
Baca Juga: Reaksi Bahlil yang Kaget Ditarik Prabowo Ketika Debat Cawapres
Pendekatan ini dianggap lebih fleksibel dan memungkinkan individu untuk memilih jenis makanan sesuai preferensi.
4. Respons Prabowo:
Prabowo, sebagai pihak yang terlibat langsung, membantah bahwa program ini hanya tentang bisnis yang menggiurkan.
Menurutnya, program ini merupakan kebutuhan mendesak untuk mengatasi masalah stunting dan menciptakan generasi yang sehat dan produktif.
5. Mencari Solusi Edukasi:
Prabowo menyoroti masalah akademik di Indonesia, terutama rendahnya skor dalam peringkat PISA.
Ia menegaskan perlunya fokus pada edukasi untuk memajukan kualitas pendidikan dan daya saing bangsa.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: depok.hallo.id
Artikel Terkait
Bareskrim Polri Tetapkan Eks Pegawai BPOM sebagai Tersangka Kasus Pemerasan dan Gratifikasi
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!
Kader Golkar Masih Terkejut Airlangga Mundur, Meutya Hafid: Tak Ada Voting dalam Penentuan Plt Ketum
Ridwan Hisjam: Kalau Takut Dipenjara Jangan Jadi Ketua Umum Golkar