murianetwork.com - Saudaraku, menyimak kembali Mars Pemilu karya Mochtar Embut, membangkitkan kembali kenangan yang terkubur di bawah tumpukan sampah persoalan.
Lagu yang kerap terdengar jelang Pemilu di masa lalu itu terekam lekat di seluruh jaringan saraf dan pembuluh darah. Tersimpan dalam di jantung ingatan.Tatkala mendengarnya, seluruh bintik pori-pori mengembang tersentuh jari-jari nostalgia.
Mengenang momen-momen lugu saat partai dimaknai sebagai perpanjangan ideologi, Pemilu dihayati sebagai momen sakral, calon-calon wakil rakyat disambut sebagai nabi-nabi pembebasan.
Entah berapa Pemilu telah kulalui. Kekuasaan datang-hilang, silih berganti membuai mimpi; tetapi nasib rakyatnya tetap sama, kekal menderita.
Orang bilang, tanah kita tanah surga; kaya sumber daya, indah-permai bagai untaian zamrud khatulistiwa. Namun, di taman nirwana dunia timur ini, kelimpahan mata air kehidupan mudah berubah menjadi air mata.
View this post on Instagram
Mimpi indah kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju perikehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur lekas menjelma menjadi mimpi buruk: tertindas, terpecah belah, terjajah, timpang, miskin.
Kebiasaan kita untuk mengutuk masa lalu dengan mengulanginya, bukan dengan melampauinya, membuat perilaku politik Indonesia tak pernah melampaui fase kekanak-kanakannya.
Entah berapa banyak Pemilu lagi harus ditempuh, dan berapa banyak cucuran keringat, darah dan air mata yang ditumpahkan untuk membuat air mata menjadi mata air kebahagiaan dan kemakmuran negeri.
Pengalaman ketertindasan, diskriminasi, dan eksploitasi memang pantas disesali dan dimusuhi. Namun, manusia tidaklah hidup sekadar untuk memerangi keburukan. Mereka hidup dengan tujuan yang positif, untuk menghadirkan kebaikan.
Melampaui kepedihan diperlukan konsepsi patriotisme yang lebih progresif. Patriotisme yang tidak cuma bersandar pada apa yang bisa dilawan, tetapi juga pada apa yang bisa ditawarkan. Proyek historisnya bukan hanya menjebol, melainkan juga membangun, memperbaiki keadaan negeri. Itulah tugas historis generasi pelanjut!
(Belajar Merunduk)
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: naratimes.com
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Dapat Info dari KPK, Faisal Basri Sebut Bobby - Airlangga Terlibat Penyelundupan Nikel Rugikan Negara Ratusan Triliun
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?