Dimensi Politik Bulan Rajab dan Keutamaannya, Pembebasan Al Quds Palestina (Seri 3)

Friday, 2 February 2024
Dimensi Politik Bulan Rajab dan Keutamaannya, Pembebasan Al Quds Palestina (Seri 3)
Dimensi Politik Bulan Rajab dan Keutamaannya, Pembebasan Al Quds Palestina (Seri 3)

murianetwork.com - Bulan Rajab ternyata juga menjadi saksi pembebasan Al Quds, Palestina. Sebagaimana sejarah telah mencatat bahwa Palestina sebelumnya berada dalam cengkraman Bizantium (Romawi Timur).

Ironisnya, dalam penjajahan Bizantium Romawi, walaupun seagama, penduduk Palestina bukan merasa sejahtera tapi merasa tertindas karena kesewenang-wenangan dan kalaliman mereka.

Anehnya, penduduk Palestina justru merasa gembira ketika kaum muslimin membebaskan (futuhat) mereka. Bahkan kunci Al Quds diserahkan langsung oleh pendeta Saphoranius, selaku uskup agung Al- Quds, kepada Khalifah Umar ra pada 638 M.

Baca Juga: Dimensi Politik Bulan Rajab dan Keutamaannya (Seri ke-2)

Dalam peristiwa tersebut Saphoranius justru meminta agar Yahudi tidak diizinkan masuk ke Aelia Yerusalem imbas dari pengkhianatan Yahudi yang bekerjasama dengan Persia. Klausal tersebut tertuang dalam perjanjian Ummariyah yang diabadikan dalam "Al-Quds Document".

Sejak saat itu, kehidupan penduduk Al Quds, Palestina hidup sejahtera dan damai berdampingan dengan umat Islam. Naasnya, Al Quds kembali dapat direbut oleh pasukan Salib dari Eropa pada tahun 1099 M.

Namun Al Quds kembali bisa dibebaskan pada 27 Rajab 583 H ( 2 Oktober 1187 M) oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Secara resmi Balian dari Ibelin menyerahkan kota Yerusalem kepada Saladin dan berlangsung pemerintahannya hingga tahun 1260 M.

Baca Juga: Dimensi Politik Bulan Rajab dan Keutamaannya (Seri Ke-1)

Mirisnya, kondisi Al Quds Palestina saat ini lebih memprihatinkan dari sebelumnya. Dominasi dan arogansi zionis Israel semakin menjadi-jadi lebih-lebih didukung Negara adidaya AS dan sekutunya seperti Inggris, Perancis, Jerman, Kanada.

Kebrutalan Israel pun semakin di luar nalar. Tanpa memiliki rasa kemanusian sedikitpun mereka tanpa beban melakukan genosida tak pandang bulu bahkan kepada bayi-bayi yang tak berdosa, para wanita dan tua pun menjadi korban. United Nasional Officer for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) terdata
100 hari agresi Israel pada 7 Oktober 2023-14 Januari 2024 menimbulkan korban jiwa mencapai 23.968. korban luka 69.582.

Tak tanggung-tanggung aset vital pun menjadi sasaran pengeboman dengan dalih sebagai sarang Hamas yang mereka sebut teroris. Rumah sakit luluh lantak, rumah warga rata dengan tanah, bahkan sarana air minum pun mereka bumi hanguskan.

Kejinya lagi, jenasah penduduk Al Aqsha pun dicuri oleh zionis Israel. Hingga Pejabat kesehatan Palestina mengkonfirmasi jenasah yang dicuri dan diterima sekitar 100 jenasah, hanya beberapa yang utuh, sementara sisanya sudah tinggal potongan tubuh. (1 Februari 2024).

Baca Juga: Menarik ! Konsep Merdeka Belajar, Beban atau Kebebasan? Simak Sudut Pandang Guru, Siswa dan Orang Tua

Hingga kini penduduk Palestina terancam kelaparan, apalagi bantuan makanan mereka blokir dan tertahan di pintu Raffa Mesir. Walaupun ada sebagian Negeri Muslim yang terketuk hatinya untuk membantu melawan agresi zionis Yahudi seperti Suriah, Yaman. Namun Negeri Muslim yang lain justru berdiam diri dan berpangku tangan.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: tinewss.com

Tags

Komentar

Artikel Terkait

Terkini