Mitoni Adat Jawa Hamil Berapa Bulan? Tradisi Syukuran untuk Kelancaran Persalinan Lengkap Tata Caranya

murianetwork.com - Mitoni menjadi salah satu tradisi adat Jawa yang biasanya dilakukan calon ibu sebagai wujud syukur atas kehamilannya.

Tradisi mitoni turun temurun diselenggarakan ketika kehamilan memasuki trimester terakhir.

Selain itu, diadakan acara mitoni juga sebagai doa agar janin dalam kandungan serta ibu senantiasa diberikan kelancaran dan kesehatan hingga proses persalinan tanpa kekurangan suatu apapun.

Beberapa orang percaya ada hari-hari yang baik untuk melaksanakan acara ini, yaitu Selasa (Senin siang hingga malam hari) atau pada Sabtu (Jumat siang sampai malam).

Baca Juga: Susunan Acara Tedak Siten, Tradisi Adat Jawa yang Masih Dilestarikan Masyarakat dan Sarat Makna

Mitoni digelar saat kehamilan seorang ibu memasuki usia tujuh bulan, oleh karenanya banyak juga yang menyebutnya sebagai acara tujuh bulanan. 

Ada serangkaian acara yang akan dilakukan dalam prosesi mitoni, diantaranya sebagai berikut.

1. Sungkeman
Menjadi awal rangkaian acara, ibu hamil melakukan sungkeman kepada suaminya lebih dulu. Kemudian, calon ibu dan ayah sungkem kepada kedua orang tua.

Prosesi ini dilakukan untuk memohon doa restu agar kehamilan dan proses persalinan lancar serta semua diberikan kesehatan dan keselamatan.

2. Siraman
Dalam acara ini, ibu hamil akan dimandikan sebagai simbol pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa.

Biasanya air yang digunakan siraman berasal dari 7 sumber, misalnya dari rumah orang tua istri, tetangga atau saudara lainnya. Tak lupa ditambah dengan bunga 7 rupa.

3. Pecah telur
Setelah siraman, calon ayah melakukan tahapan pecah telur sebagai lambang persalinannya lancar tanpa halangan apapun.

Sebutir telur ayam kampung ditempel terlebih dahulu ke dahi dan perut ibu hamil, lalu dipecahkan ke lantai.

4. Memutus janur
Dalam prosesi ini, janur diikatkan ke perut calon ibu, kemudian suami akan memutus lilitan tersebut. Memiliki makna yang sama, agar persalinan berjalan lancar.