Cerbung Karya Ana Rahmawati Ningsih, “Pengabdi Alas-Part 1”

- Minggu, 24 Desember 2023 | 09:31 WIB
Cerbung Karya Ana Rahmawati Ningsih, “Pengabdi Alas-Part 1”

Gadis berseragam putih biru menghentikan langkahnya di depan gang perumahan. Panas terik matahari siang itu membuat bulir-bulir keringatnya menetes. Ia hanya terdiam mematung, seperti enggan melangkah. Matanya memandang kosong lalu lalang orang-orang yang berjalan. Dengan langkah berat, gadis itu masuk ke dalam gang. Di sisi gang terdapat rumah-rumah yang difungsikan sebagai tempat hiburan. Beberapa meja billiard berada di depan rumah-rumah tersebut. Dengan menghela napas panjang, gadis berseragam itu menghentikan langkah tepat di depan rumah sempit. Beberapa pria sedang bermain billiard. Seorang pria bertato melirik gadis itu dengan tatapan nakal.

“Aruna, Sayang. Layani kami ya cantik!” kata pria bertato itu diiringi gelak tawa pria lain.

Siulan pria-pria itu membuat Aruna semakin risih. Tiba-tiba sebuah nampan plastik melayang mengenai punggung gadis berseragam itu. Aruna sontak terkejut dan membalikkan badannya sambil meringis kesakitan. Seorang perempuan paruh baya dengan kedua mata yang membelalak menghampiri gadis itu. Perempuan itu menarik telinga Aruna dan membawa gadis berseragam itu masuk ke dalam rumah.

“Ibu, sakit!” teriak Aruna sambil meringis menahan kesakitan.

Baca Juga: Cerbung Karya Ana Rahmawati Ningsih, “Keranda Mayat Terbang-Part 1”

Perempuan itu membawa Aruna ke belakang rumah. Terdapat banyak piring dan panci yang harus segera dibersihkan. Tanpa mengganti baju seragamnya, Aruna berjongkok dan membersihkan satu persatu piring, panci, dan peralatan dapur yang lain. Pakaian-pakaian kotor juga harus ia cuci.

Menjelang malam, Aruna baru menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Gadis itu melangkah menuju dapur. Ia membuka tempat nasi, tetapi hanya mendapatkan sedikit sisa nasi. Dengan memegang perutnya yang terasa perih, gadis itu memakan sisa nasi tersebut. Setelahnya, ia masuk ke dalam kamar tidur seraya menitikkan air matanya. Dalam keadaaan kantuk, gadis itu berusaha memejamkan mata. Baru beberapa saat ia terlelap, ia merasa ada yang meraba kakinya. Aruna membuka mata. Ia terkesiap karena ada 2 pria yang sudah berada di kamar tidur.

“Ibu! Tolong!” teriak Aruna berulang kali. Namun, tak ada sahutan dari ibunya.

Aruna panik. Kedua pria itu semakin lama semakin mendekat. Mereka membawa 2 botol minuman keras dan mengguyurkan seluruh isi botol ke atas tubuh gadis berseragam itu. Gelak tawa kedua pria itu membuat gadis itu semakin ketakutan. Dengan bersusah payah, Aruna bisa melarikan diri dari mereka. Ia berlari keluar lewat pintu belakang rumah.

Gadis itu berlari tanpa menggunakan alas kaki. Namun, ia tidak memedulikan telapak kakinya yang mulai terasa sakit akibat menginjak bebatuan.

Baca Juga: Cerbung Karya Ana Rahmawati Ningsih, “Keranda Mayat Terbang-Part 2”

Dengan terengah, Aruna menyeka bulir-bulir keringat yang membasahi dahi. Tak terasa ia sudah jauh meninggalkan rumah. Gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu berjalan menyusuri jalan setapak yang semakin gelap dan sunyi. Semakin lama kedua kaki gadis berseragam itu terasa lemas. Matanya berkunang-kunang dan tubuhnya menggigil kedinginan. Ia terjatuh tak sadarkan diri.

***

Aruna membuka kedua mata. Ia melihat perempuan paruh baya sedang menyeka keringat di dahinya. Perempuan itu tersenyum padanya. Perempuan paruh baya yang mengenakan kebaya hitam itu bercerita bahwa Aruna ditemukan oleh asisten rumah tangganya di tengah alas. Bestari adalah nama perkampungan yang berada di tengah alas di mana Aruna tinggal sekarang.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: liputankendalterkini.com

Komentar