Nusantara62 – Berikut lanjutan Serat Ronggolawe, Cerita Rakyat Jawa Timur:
"Memang begitulah keadaannya. Ibaratnya, menyingkirkan Ranggalawe berarti mengiris daging sendiri. Ranggalawe punya andil bagi berdirinya negeri ini. Apalagi, jasa Kanda Arya Wiraraja. Bukankah begitu, Kanda Sura."
"Benar, Dinda Pamandhana. Aku sudah memperingatkan Ranggalawe, tetapi tidak mempan dan ia lebih memilih cara begini."
Baca Juga: Cerita Rakyat Sulawesi Tengah, Legenda Danau Poso, Putri Kayangan Bambu dan Manurung Pemuda Sakti
"Saya juga merasa sayang kepada Ranggalawe. Apa masih perlu untuk dinasihati sekali lagi, Kanda Sura?"
"Siapa yang akan menemuinya, Pamandhana? Kapan? Kita sudah tak punya waktu lagi!"
"Saya akan menasihati. Saya akan ke perbatasan Tuban malam ini secara diam-diam. Akan saya pancing Ranggalawe keluar dari pengawalnya, Jika aku gagal menasihatinya, kita tidak akan merasa bersalah lagi"
Baca Juga: Cerita Rakyat NTT, Legenda Nunduk Loke Nggerang, Kisah Pilu dari Tanah Manggarai
Malam itu pasukan Ranggalawe mendirikan barak di Desa Plumpon.
Ratusan tenda didirikan di pinggiran Sungai Tidu yang membatasi Dukuh Plumpon dengan Dukuh Tambakberas.
Setiap tenda diisi kurang lebih dua puluh lima orang.
Untuk menghemat tenaga, penghuni tenda mengatur jadwal tidurnya.
Setiap tenda dijaga oleh tiga orang dan akan dilakukan pergantian setiap empat jam.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: nusantara62.com
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Dapat Info dari KPK, Faisal Basri Sebut Bobby - Airlangga Terlibat Penyelundupan Nikel Rugikan Negara Ratusan Triliun
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?